Reporter: Asep Munazat Zatnika, Anna Suci Perwitasari | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan melakukan segala cara dalam menjaga likuiditas valuta asing (valas) terutama Dollar Amerika (US$) di dalam negeri. Paling baru, regulator moneter dan perbankan di Indonesia ini mengeluarkan surat edaran yang memungkinkan adanya lelang foreign exchange (forex) swap.
Deputi Gubernur BI Perry Warjoyo menjelaskan, walau surat edaran BI sudah berlaku efektif pada 5 Juli 2013 lalu, namun sampai saat ini pemberlakukan lelang forex swap masih belum ditentukan waktu pelaksanaannya. "Kalau semuanya sudah siap. Anytime bisa launching," katanya akhir pekan lalu.
Kebijakan baru ini tertuang dalan Surat edaran (SE) Nomor 15/25/DPM, yang merupakan perubahan kelima atas SE Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 tentang Operasi Pasar terbuka. Dalam pelaksanaannya BI akan menjadi pihak yang melakukan lelang, lalu bank-bank yang membutuhkan valas akan menjadi peserta lelang dengan mengajukan penawaran harga.
Mekanisme inilah yang pada akhirnya diharapkan mampu mencerminkan harga atau nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat yang sesungguhnya di pasar. Selama ini yang terjadi bank melakukan pinjaman valas antarbank secara bilateral atau business to business. BI mewajibkan bank menggunakan kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) sebagai acuan.
Perry menegaskan, pihak yang nantinya dapat memberikan kuotasi kepada BI dalam lelang valas tersebut hanyalah perbankan. Untuk korporasi yang membutuhkan valas, bisa ikut lelang melalui perbankan. Bank yang akan melakukan penawaran ke BI.
Setelah lelang forex swap selesai, BI akan melakukan lelang interbank swap. Menurut Perry, selama ini mekanisme lelang interbank swap belum pernah dilakukan karena peraturannya belum ada. Sehingga saat ini lebih ke bilateral swap. "Permasalahannya ada pada kontrak. Belum tentu kontrak antara bank A dengan bank B itu sama dengan bank C atau D," ujar Perry.
Juru Bicara Bank Indonesia, Difi Johansyah menambahkan, kebijakan baru ini dilakukan agar persediaan valas di dalam negeri relatif lebih terjaga. Selama ini banyak investor yang membeli Surat Berharga Negara (SBN) berasal dari luar negeri. Dengan kondisi itu, maka jika para investor luar negeri itu keluar secara tiba-tiba, akan selalu menimbulkan masalah bagi rupiah.
"Jadi sekarang ketika mereka keluar, maka tak akan mengganggu kurs rupiah," jelasnya, akhir pekan lalu.
Kebijakan moneter lain
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual menilai, langkah Bank Indonesia melakukan lelang forex swap hanya sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan likuiditas valas. Kebijakan ini tidak akan langsung mendongkrak nilai tukar rupiah. Walau begitu dia berharap, dalam jangka menengah aktivitas ekspor dan impor Indonesia bisa lebih bergairah.
Dengan makin bergairahnya kegiatan ekspor dan impor, maka sedikit demi sedikit akan mempengaruhi nilai tukar rupiah. "Selama ini nilai tukar rupiah lebih dipengaruhi oleh kondisi fundamental dalam negeri dan ekonomi global. Kebijakan lelang forex swap hanya salah satu instrumennya," jelas David, kepada KONTAN Minggu (14/7).
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN), Agustinus Prasetyantoko sependapat jika kebijakan ini akan mempengaruhi dua hal. Pertama, bisa membuat nilai rupiah lebih stabil terhadap Dollar AS. Ia yakin kebijakan ini akan membuat fundamental pasar valas dalam negeri lebih baik, dan bisa berdampak positif terhadap perekonomian. Kedua, meningkatkan likuiditas rupiah di pasar valuta asing.
Apalagi, selain akan melakukan lelang forex swap, BI juga akan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor satu tahun dan negotiable term deposit. Tiga instrumen itu diharapkan akan efektif menjaga likuiditas valuta asing khususnya dollar AS di pasar dalam negeri.
Selain lelang forex swap, Perry bilang, BI juga sudah siap untuk meluncurkan SBI dengan tenor satu tahun. Dua instrumen itu dalam dilakukan sewaktu-waktu ketika dibutuhkan. Sementara untuk negotiable term deposit masih dalam tahap finalisasi. Selain ketiga instrumen itu, sebenarnya masih ada dua instrumen yang saat ini tengah digodok BI yaitu repo dengan underlying SUN rupiah dan swap interbank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News