Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Bank Dunia memproyeksikan harga komoditas pada 2018 akan mengalami tren turun, meski pada 2017, harga komoditas diperkirakan masih cukup tinggi. Penurunan tersebut merupakan dampak dari harga batubara yang diperkirakan melemah tahun depan.
Tren melemahnya harga batubara dikhawatirkan ikut melemahkan harga beberapa komoditas kunci lain, seperti karet, minyak mentah, crude palm oil (CPO), gas alam, dan logam. Pasalnya, selama ini, komoditas punya peran penting dalam menopang perekonomian Indonesia, terutama dari sisi ekspor.
World Bank Country Director for Indonesia, Rodrigo Chaves berpendapat, pemerintah Indonesia perlu mengambil beberapa langkah reformasi struktural. Misalnya, meningkatkan rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan memperbaiki Daftar Negatif Investasi (DNI).
“Dengan upaya-upaya tersebut, mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak perlu terlalu bergantung lagi pada ekspor komoditas. Pemerintah sebaiknya mengupayakan alternatif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” terangnya.
Rodrigo menganggap proses reformasi tersebut penting untuk memperluas potensi ekonomi Indonesia. Ke depannya diharapkan, stabilitas perkonomian Indonesia tak sepenuhnya ditopang oleh ekspor komoditas.
Di samping itu, perbaikan DNI diharapkan bisa makin banyak menarik investasi asing masuk ke Indonesia. Dalam laporan yang bertajuk Indonesia Economic Quarterly edisi Juni 2017, Bank Dunia memproyeksikan investasi yang masuk ke Indonesia bakal meningkat. Sejalan dengan perbaikan rating layak investasi oleh Standard & Poor’s (S&P).
“Peningkatan penilaian S&P merupakan pengakuan signifikan atas kemajuan yang dibuat oleh pemerintah dalam memperbaiki pengelolaan dan kredibilitas fiskal,” kata Rodrigo, pekan lalu.
Oleh sebab itu, ia menyarankan pemerintah memperluas sektor lain untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Pasalnya, selama ini PMA hanya difokuskan pada beberapa sektor, seperti migas dan infrastruktur. Meskipun, dalam 15 tahun terakhir, PMA telah bertumbuh, namun porsinya terhadap total PDB Indonesia masih rendah, dibandingkan dengan negara-negara lain.
Rodrigo mengatakan adanya pembatasan dalam DNI akan membatasi masuknya PMA. “Kami tidak secara spesifik menunjuk sektor-sektor tertentu. Namun, ada beberapa sektor yang masih terbatas untuk investasi asing, misal sektor UMKM. Sayang sekali, padahal dimensi dari sektor tersebut cukup luas dan potensial,” tuturnya.
Tak hanya sektor UMKM, ia juga menambahkan, sektor pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang selama ini belum tersentuh PMA. “Apalagi untuk urusan kesehatan dan gizi pada anak, Indonesia masih membatasi sektor tersebut untuk investasi asing. Padahal, jika dilihat jangka panjang, pengembangan SDM ini aset masa depan negara,” ungkap Rodrigo.
Dalam laporannya, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB riil Indonesia tahun 2017 menguat di kisaran 5,2%. Sedangkan tahun 2018, angka tersebut diperkirakan meningkat di kisaran 5,3%. Sampai sejauh ini, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terus dipandang positif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News