Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Jika tahun ini perekonomian nasional diuntungkan kebangkitan harga komoditas, tahun depan, hal tersebut diperkirakan tidak akan terjadi lagi. Bank Indonesia (BI) memperkirakan tren kenaikan harga komoditas tak berlanjut pada tahun 2018. Oleh karena itu BI berharap swasta lebih berperan sebagai mesin pendorong ekonomi Indonesia.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun depan diperkirakan 3,6%, naik dari perkiraan laju ekonomi tahun ini 3,5%. Namun hal itu belum tentu menjadi kabar baik bagi Indonesia. "Kami perkirakan di 2018 harga komoditas sedikit menurun," kata Agus, Senin (22/5).
Harga komoditas mulai membaik dan mendorong perbaikan ekspor Indonesia sejak akhir tahun 2016. Bahkan, ekspor menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 yang mencapai 5,01%.
Komoditas yang naik harga antara lain batubara. Pada perdagangan 22 Mei 2017, harga batubara di pasar ICE mencapai US$ 75,05 per metrik ton, naik 47,74% dalam setahun. Sedangkan data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menunjukkan, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) di pasar spot Rp 9.284 per kilogram (kg), setahun sebelumnya Rp 8.652 per kg. CPO dan batubara merupakan komoditas utama ekspor non migas Indonesia.
Agus berharap konsolidasi sektor riil, baik korporasi dan perbankan akan selesai pada tahun ini. Dengan demikian, swasta bisa lebih berperan dalam pertumbuhan domestik mulai semester kedua 2017 dan tahun 2018. "BI sekarang ini belum bisa merespon target pertumbuhan ekonomi di 2018 sebagai bagian dari proses menyusun APBN 2018," tambah Agus.
Seperti diketahui dalam pokok kebijakan fiskal dalam RAPBN 2018, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,6% di tahun 2018 mendatang. Angka itu sesuai target sebelumnya yang ditetapkan pemerintah, yaitu 5,4%-6,1%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, target itu memperhitungkan sejumlah faktor, baik sisi permintaan, seperti konsumsi, investasi, ekspor, maupun pengeluaran pemerintah. Target pertumbuhan ekonomi itu juga mempertimbangkan realisasi pertumbuhan ekonomi akhir 2016 yang 5,02%.
Riset terbaru PT Danareksa memperkirakan laju ekonomi Indonesia tahun 2018 bisa mencapai 5,55%. Motor pertumbuhan ekonomi masih berimbang, antara konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi dan ekspor. Meskipun harga komoditas diperkirakan melemah, tapi kinerja ekspor akan terdorong oleh kinerja perekonomian dunia. Selain itu, realisasi paket kebijakan pemerintah juga semakin terasa manfaatnya pada tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News