kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Kenaikan harga komoditas picu investasi 2017


Senin, 22 Mei 2017 / 09:29 WIB
Kenaikan harga komoditas picu investasi 2017


Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Peringkat layak investasi atas utang Pemerintah Indonesia baru saja disematkan Standard and Poor's (S&P). Dengan masuknya Indonesia menjadi layak investasi, diharapkan kepercayaan investor akan makin kuat sehingga investasi bertambah.

Apalagi saat ini masih terjadi tren kenaikan harga komoditas global. Menurut perkiraan BI, tren kenaikan harga komoditas sejak akhir tahun 2016 akan berlanjut hingga sepanjang tahun ini. BI melihat, perbaikan harga komoditas akan menyebabkan perbaikan kinerja investasi di dalam negeri.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menjelaskan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan bank sentral, beberapa sektor usaha akan melakukan investasi baru tahun ini. Sektor usaha yang dimaksud, yakni sektor makanan dan minuman serta sektor farmasi dan kimia.

Padahal pada tiga bulan lalu sektor tersebut menyatakan tidak akan melakukan investasi baru. Mereka hanya akan melakukan pembayaran utang dan belanja promosi pada tahun ini.

"Data di kuartal pertama 2017, produsen atau korporasi tidak melakukan new stock, bahkan inventori relatif minus. Di kuartal kedua, mereka mulai tumbuh dan sudah tingkatkan inventori," terang Doddy, Jumat (19/5).

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo, menyebut, salah satu pendukung kenaikan itu adalah naiknya harga komoditas. Harga komoditas yang merangkak naik sejak tahun lalu telah menjadi katalisator bagi pertumbuhan industri yang lain.

Bank sentral memperkirakan indeks harga komoditas ekspor pada tahun ini bisa tumbuh 15% year on year (YoY). Angka itu lebih baik dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 7,8% YoY. Sementara indeks harga komoditas ekspor tahun lalu hanya tumbuh 4,2% YoY.

Menurut Doddy, transmisi kenaikan harga komoditas akan dinikmati masyarakat melalui peningkatan penghasilan sehingga menghasilkan permintaan. Lalu, permintaan masyarakat akan mempercepat konsolidasi pihak swasta. Pada akhirnya, swasta akan membelanjakan anggaran belanja modalnya. "Sehingga kontribusi ekonomi yang tadinya di kuartal pertama berasal dari ekspor dan belanja pemerintah, di kuartal ketiga dan keempat swastanya mulai berperan," kata Dody.

Kepala Ekonom Bank BTN Winang Budoyo mengatakan, peningkatan harga komoditas ekspor tampak pada pertumbuhan kredit rumah tangga. Menurutnya selama ini daerah penghasil komoditas mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari angka pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut juga sejalan dengan permintaan kredit rumah tangga yang terus naik.

Pertumbuhan konsumsi juga ditunjukkan dari kenaikan kredit kendaraan bermotor tertinggi di 2016 diraih oleh wilayah Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Aceh, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Timur. Seperti diketahui, daerah-daerah itu merupakan daerah penghasil komoditas. "Kalau ini berlanjut, tahun depan bisa jadi kredit rumah naik. Ini Indikasi awal perbaikan ekonomi," kata Winang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×