kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Balita di Bogor meninggal akibat flu burung


Rabu, 19 Desember 2012 / 10:30 WIB
Balita di Bogor meninggal akibat flu burung
ILUSTRASI. Saluran penjualan online ERAA dinilai bisa menjadi peredam kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) di masa PPKM.


Sumber: BBC Indonesia | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Seorang anak lelaki berusia empat tahun di kota Bogor, Jawa Barat, meninggal dunia karena terinfeksi flu burung. Konfirmasi tersebut disampaikan Rita Kusriastuti, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ditjen PP&PL Kementerian Kesehatan hari ini (18/12).

Menurut Rita, balita tersebut tertular H5N1 dari bangkai unggas yang mati di dekat tempat tinggalnya, seperti dilaporkan sejumlah kantor berita. Ia meninggal dunia pada 6 Desember lalu, di kota Tangerang, setelah mengalami gejala flu dan demam pada 30 November.

Ia dirawat di puskesmas sebelum dibawa ke rumah sakit dan meninggal dunia pada hari yang sama. Kasus flu burung di Indonesia belum lama ini kembali mengemuka setelah pekan lalu ratusan itik di Jawa Tengah dan Jawa Timur mati karena varian baru H5N1.

Sebelumnya, seorang peneliti virus flu burung di Surabaya, CA Nidom mengatakan, kemunculan varian baru dari virus flu burung diperkirakan mempunyai dampak lebih berbahaya dari virus sebelumnya.

"Saya kasih gambaran selama ini akibat virus burung yang asli Indonesia terhadap bebek dan burung tidak terlalu ganas jadi tingkat kematian terhadap mereka tidak tinggi. Bebek dan puyuh kan selama ini sifatnya sebagai penyebar dan bebeknya tidak mati tapi yang sekarang bebeknya mati," kata Nidom dalam wawancara dengan BBC Indonesia beberapa waktu lalu.

"Ini kan berarti lebih ganas dan model penularannya bebek dan puyuh dekat dengan manusia." Menurut Nidom Virus H5N1 varian 2.3 selama ini banyak beredar di sejumlah negara kawasan Asia Selatan seperti Inda, Bangladesh, Pakistan dan sebagian dari Asia Timur.

Sementara itu kelompok peternak unggas lokal telah meminta pemerintah menghentikan impor itik dari Cina yang dicurigai sebagai sumber penularan virus itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×