Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertemuan Dewan Karet Tripartit Internasional atau International Tripartite Rubber Council (ITRC) akan digelar pekan depan 21-22 Februari di Bangkok, Thailand. Pertemuan negara-negara produsen utama karet dunia tersebut bakal membahas nasib karet di tengah tren harga yang masih menurun.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengonfirmasi jadwal pertemuan antara Indonesia, Malaysia, dan Thailand itu. "Nanti Pak Menko (Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution) yang akan mewakili Indonesia. Rapatnya di Bangkok," ujarnya saat ditemui usai menghadiri rapat di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (15/2).
Sayangnya, Darmin enggan berkomentar mengenai keberangkatannya ke Bangkok untuk menghadiri pertemuan tersebut. "Itu kita mau berunding dengan Thailand dan Malaysia mengenai persoalan karet. Saya belum mau bicara apa-apa dulu lah," tandasnya singkat.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional (PPI) Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo, menambahkan, pemerintah Indonesia akan mengusung dua topik utama pembahasan dalam pertemuan tersebut.
Pertama, rencana pembatasan ekspor karet atau skema Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dan kedua, peningkatan penggunaan karet di dalam masing-masing negara. "Yang terutama dua topik itu. Usulan volumenya, belum lah, nanti akan dibahas di Bangkok," ungkapnya.
Akhir 2017, ketiga negara terakhir kali memutuskan pemangkasan ekspor karet sebesar 350.000 ton hingga Maret 2018. Saat itu, Indonesia mendapat kuota pembatasan sebesar 95.190 ton, Thailand mendapat pembatasan sebesar 234.810 ton, sementara Malaysia sebesar 20.000 ton.
Kesepakatan AETS tersebut diharapkan dapat mengungkit harga karet di pasar internasional, mengingat negara anggota ITRC menguasai sekitar 73% produksi karet dunia. Namun, cara itu tampaknya tak berbuah hasil sebab tren harga karet masih lesu hingga saat ini.
Terkait rencana Vietnam turut masuk ke dalam ITRC, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Kasan belum dapat memastikan. Namun ia mengakui, masuknya Vietnam akan sangat berpengaruh terhadap upaya pengendalian harga karet secara internasional.
"Soal itu belum tahu, tapi poin pentingnya Vietnam bisa join karena akan sangat punya power dalam (mengendalikan) jumlah produksi karet dunia," ujar Kasan. Menurut Kasan, jumlah produksi karet Vietnam saat ini bahkan sudah lebih besar daripada Malaysia, yakni mencapai 1,1 juta ton pada 2018.
Jika Vietnam bergabung dalam ITRC, pangsa produksi negara-negara anggota ITRC diperkirakan dapat mencapai 80% dari produksi karet dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News