kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Awas, dampak anomali cuaca


Selasa, 04 Oktober 2016 / 21:36 WIB
Awas, dampak anomali cuaca


Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kondisi cuaca di Tanah Air kembali mengalami penyimpangan atau anomali dari kondisi normal. Anomali tersebut mengakibatkan perubahan pola hujan dan musim yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia.

Dalam kondisi normal, pola musim di Tanah Air, yakni Mei sampai September masuk musim kering atau kemarau dan Oktober sampai April merupakan musim hujan.

Tetapi setidaknya dalam tiga tahun terakhir, pola tersebut tampaknya sudah berubah tak menentu. Saat periode musim kemarau, malah turun hujan beberapa kali. Sebaliknya, saat periode musim hujan, malah datang kemarau berkepanjangan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat fenomena ini juga bisa dirasakan sejak beberapa bulan terakhir. Jika merujuk pada periode normal, di wilayah Indonesia pada bulan September sudah masuk musim kemarau, tetapi ternyata hujan masih terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Kepala Bidang Peringatan Dini Cuaca BMKG Kukuh Ribudiyanto mengungkapkan saat ini wilayah Indonesia yang mengalami kering, yakni sekitar 43 %, sisanya 57 % wilayah Indonesia dalam kondisi basah.

Dengan kondisi seperti itu, berarti Indonesia saat ini didominasi musim hujan meskipun sudah masuk musim kemarau.

Ada beberapa wilayah di Indonesia yang berpotensi mulai kering, yakni di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab anomali cuaca. Pertama, ada kemungkinan karena fenomena La Nina, atau El Nino. Tetapi, kemungkinan dampak fenomena itu masuk kategori lemah, karena dampaknya tidak merata di wilayah Indonesia.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×