Reporter: Noverius Laoli | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Pengusaha menilai mahalnya harga daging sapi di Indonesia karena kesalahan pemerintah yang terlambat memberikan izin impor. Keterlambatan ini dikhawatirkan menyebabkan realisasi impor daging sapi untuk kebutuhan lebaran sulit terlaksana.
Thomas Sembiring, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) mengatakan berdasarkan perhitungan pemerintah kebutuhan daging sapi selama tahun 2016 sebanyak 651.000 ton. Bila kebutuhan itu dibagi rata-rata per bulan, maka butuh daging sebanyak 54.250 ton per bulan.
Namun saat memasuki puasa dan lebaran, permintaan terhadap daging sapi melonjak sebesar 20% hingga 25%. Jadi butuh tambahan daging sekitar 13.562 ton menjadi total 67,812 ton daging selama lebaran.
"Sebagian besar kebutuhan daging ini memang dipenuhi dari produksi sapi lokal dan sisanya impor," ujar Thomas, Kamis (9/6).
Kenaikan harga daging di pasar mengindikasikan kekurangan stok. Kekurangan ini hendak ditutupi dengan kebijakan tambahan impor dagin sebanyak 27.400 ton yang dilakukan BUMN dan swasta.
Menurut Thomas, impor daging sebanyak itu tidak mungkin dapat direalisasikan selama sebulan ke depan. Harusnya kalau perhitungan pemerintah akurat, impor ini sudah diberikan izinnya dua bulan sebelumnya. Untuk itu ia pesimis harga daging bisa turun, apalagi yang melakukan impor semuanya pemain baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News