kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,89   4,58   0.50%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

ASEAN, Australia dan Selandia Baru Resmi Teken FTA


Senin, 02 Maret 2009 / 07:38 WIB


Reporter: Edy Can |

HUA HIN. Negara Asia Tenggara yang tergabung dalam Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) akhirnya resmi memiliki perdagangan bebas dengan Australia dan Selandia Baru. Kedua belah pihak meneken ASEAN Australia New Zealad Free Trade Area (AANZFTA) itu pada pukul 16.00 WIB di Dusit Thani Hotel, Hua Hin, Thailand.

Berdasarkan draft yang diperoleh KONTAN, perjanjian tersebut terdiri dari 18 bab. Perjanjian itu juga dilengkapi dengan empat aturan tambahan.

Perjanjian yang mulai berlaku Juli 2009 mendatang ini akan memangkas 90% dari 16.000 pos tarif. Indonesia sendiri akan memangkas sekitar 86% pos tarif secara bertahap sejak 2009 hingga 2014. “Jadi setiap tahunnya sekitar 13% pos tarif,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, kemarin (27/2).

Sementara pihak Australia dan New Zealand akan menghapus tarif lebih agresif. Negeri Kangguru itu bakal langsung memotong 92% pos tarif. Sedangkan Selandia Baru sekitar 70% pos tarif awal. “Ini termasuk tekstil dan produk tekstil serta alas kaki yang bea masuknya sangat tinggi,” tambah Mari.

Sedangkan bagi produk susu dan daging, pemerintah meminta pemberlakuannya sejak 2017 hingga 2020. Mari berharap dalam waktu delapan tahun yang tersisa ini ada peningkatan kemampuan lokal untuk menyaingi serbuan produk susu dan daging dari Australia dan Selandia Baru. Selain dia berharap kedua negara mau melakukan investasi dalam bidang tersebut.

Catatan saja, produk susu dan daging Australia dan Selandia Baru menguasai pasar lokal. Departemen Perdagangan mencatat kedua negara menguasai 70% pasar susu dan 30% daging.

Atas suara sumbang terhadap perjanjian ini Mari menanggapinya dengan santai. Dia mengaku sudah mengakomodasi keberatan tersebut. “Saya rasa negosiasi sudah selesai,” ucapnya.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Fahmi Idris keberatan dengan perjanjian perdagangan bebas ini. Dia menilai perdagangan Australia dan Indonesia masih belum seimbang. Dia menambahkan sangat mungkin bakal pelanggaran karena krisis keuangan masih berlangsung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×