Reporter: Amal Ihsan Hadian | Editor: Amal Ihsan
SINGAPURA. Singapura dan Indonesia menggelar rapat darurat hari ini setelah kabut asap yang meliputi negara itu meningkat ke level berbahaya. Menteri Lingkungan Singapura mengatakan bahwa timnya akan "bersikeras meminta tindakan jelas" dari Indonesia.
Pada Rabu (19/06) malam, indeks standar polusi di Singapura (PSI) mencapai 321 yang berarti berbahaya. Indeks PSI mengindikasikan bila angka melebihi 200 berarti "sangat tidak sehat" dan bila melebihi 300 berarti "berbahaya." Indeks ini melebihi rekor sebelumnya dan telah mendorong pemerintah setempat mengeluarkan peringatan tentang masalah kesehatan.
Kabut asap ini disebabkan oleh pembakaran hutan secara ilegal yang terjadi di Pulau Sumatra.
Gedung-gedung di Singapura telah dipenuhi polusi udara dan bau kayu yang terbakar memenuhi negara pulau itu.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsieng Loong, meminta warganya untuk "sebisa mungkin tetap di dalam ruangan dan menghindari aktivitas berat di luar ruang." Pihak militer juga dilaporkan telah menunda semua pelatihan yang semula akan diadakan di ruang terbuka.
Kualitas udara yang buruk telah meningkatkan pembelian masker udara dan beberapa toko kehabisan persediaan mereka.
Antisipasi Indonesia
Pemerintah Indonesia terkait keprihatinan Singapura atas kabut asap dan menurunnya kualitas udara ini menyatakan telah melakukan langkah-langkah antisipasinya.
Salah satu langkah yang dilakukan adalah rencana hujan buatan ketika diperlukan untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan.
BNPB sebagai koordinator dan BPPT sebagai pelaksana dari hujan buatan tersebut dengan waktu pelaksanaan tergantung dengan kebutuhan di lapangan.
Berdasarkan pantauan titik api tanggal 18 Juni 2013 berdasarkan data satelit NOAA18 di Kementerian Kehutanan, jumlah titik api di Riau 148 titik, Jambi 26 titik, Kalbar 22 titik, Sumsel 6 titik, dan Sumbar 5 titik.
Fenomena terjebaknya kabut asap di wilayah Singapura, meskipun jumlah dan luas titik api elatif kecil, disebabkan pengaruh dari anomali cuaca.
Munculnya pusat-pusat tekanan rendah merubah sirkulasi massa uap air. Hal ini mengakibatkan terjadinya bencana asap yang tidak mengikuti pola umum.
BMKG menyatakan bahwa siklon Yagi dan Siklon Leepi yang berada di timur laut Philipina menyebabkan tertariknya massa udara dari Indonesia ke arah Philipina. Kabut asap dari daerah Riau juga mengalir ke arah Philipina melalui Singapura sehingga kualitas udara mengganggu Singapura.
Terkait protes dari Singapura Menkokesra Agung Laksono dalam rapat koordinasi penanganan bencana tersebut mengatakan ''Singapura jangan seperti anak-anak. Ini bukan Indonesia yang mau, tetapi atas pengaruh alam.''
Sebelumnya Hadi Daryanto, seorang pejabat Kementerian Kehutanan Indonesia mengatakan : ''Teknik pembalakan dan pembakaran digunakan di lahan yang murah sebagai metode pembersihan dan itu bukan hanya digunakan oleh petani lokal, tetapi juga karyawan perusahaan minyak sawit termasuk yang dimiliki oleh pengusaha Singapura dan Malaysia.''
"Kami mengharapkan pemerintah Malaysia dan Singapura juga memberitahu pengusaha mereka untuk mengadopsi kebijakan layak sehingga kita bisa mengatasi masalah ini bersama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News