Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi pemerintah menjadi satu-satunya sektor dalam kelompok pengeluaran pembentuk produk domestik bruto (PDB), yang mengalami penurunan pertumbuhan pada tahun 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, konsumsi pemerintah pada sepanjang tahun lalu turun 4,51% secara tahunan (YoY) dan memberi sumbangan sekitar 7,66% pada pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, penurunan konsumsi pemerintah pada tahun 2022 seiring dengan kondisi pandemi Covid-19 yang lebih terkendali.
"Dengan demikian, beban pengeluaran pemerintah untuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) juga berkurang," ujar Andry kepada Kontan.co.id, Senin (6/2).
Pada tahun 2022, pemerintah menganggarkan PEN sebesar Rp 455,6 triliun atau lebih kecil dari anggaran PEN pada tahun 2020 yang sebesar Rp 695,2 triliun dan pada tahun 2021 yang mencapai Rp 744,7 triliun.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2022 Capai 5,31%, Tertinggi Sejak 2013
Pun dengan anggaran yang lebih kecil dari periode sebelumnya, realisasi anggaran PEN 2022 hanya sekitar 91% atau Rp 414,5 triliun.
Senada dengan Andry, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, penurunan konsumsi pemerintah juga didorong oleh anggaran PEN yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.
Namun, ia tetap menyayangkan belanja pemerintah lain yang belum terealisasikan dengan maksimal. Padahal, bila pemerintah mengoptimalkan belanja, secara teori pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi lagi.
Nasi telah menjadi bubur, bila tahun anggaran 2022 telah habis, maka David berharap pemerintah bisa lebih mengoptimalkan konsumsi pemerintah pada tahun 2023.
"Harapannya, serapan belanja lebih cepat pada tahun ini. Sehingga ada efek lanjutan yang bisa makin mendorong pertumbuhan ekonomi," tandas David.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News