Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani menetapkan target pertumbuhan realisasi investasi 6% tahun ini. Target ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 5,1% yang ditetapkan di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Sekadar informasi, pertumbuhan realisasi yang tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tahun 2016 hanya sebesar 4,88% year on year, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 5,01%.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong yakin, PMTB tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu didorong oleh Penanaman Modal Asing, Penenaman Modal Dalam Negeri dan belanja modal perusahaan-perusahaan BUMN.
“PMDN dan PMA dan capex BUMN punya yang namanya spillover effect. Efek sekunder atau kecipratan ke pelaku-pelaku usaha swasta. Jadi saya yakin bahwa pertumbuhan PMA PMDN dan capex BUMN akan menjadi stimulus terhadap reinvestasi profit korporasi,” kata Thomas di Auditorium CSIS, Jakarta (8/2).
Tapi, reinvestasi dari laba korporasi ini dipengaruhi dua hal, yaitu sentimen usaha dan iklim investasi.
“Semakin mereka tidak yakin, akan semakin mereka pesimistis, ya tentunya mereka tidak akan reinvestasi. Profitnya ditaruh di deposito saja atau dilarikan ke luar negeri,” katanya.
Namun demikian, dia yakin, dengan implementasi daripada paket-paket kebijakan yang sudah dikeluarkan akan dirasakan manfaat yang konkrit di lapangan. Inilah yang akan mengangkat semangat dari para pelaku usaha.
“Begitu banyaknya hambatan-hambatan operasional itu yang bikin investor jadi cape. Kalau cape, ya malas untuk investasi lagi. Jadi, semakin kita mengurangi hal-hal yang bikin capek, yang bikin kesal pelaku, semakin dia terangkat semangatnya, dan ujungnya saya yakin, reinvestasi akan terjadi,” ujarnya
Menurut Lembong, itu menumbuhkan kemungkinan pada pelaku usaha akan menggunakan profit usaha untuk perluasan atau masuk ke bidang usaha yang baru. Adapun peluang investasi menurutnya sangat besar. Pasalnya, ada banyak tren-tren di dunia seperti misalnya pertumbuhan pariwisata regional.
Ia mengatakan, di semua negara ASEAN, kunjungan wisata tumbuh pesat sehingga masih ada peluang untuk bangun hotel, bangun resort, dan tempat hiburan. Nantinya, sektor wisata juga akan mendorong sektor lainnya, misalnya sektor penerbangan.
“Jadi peluangnya sangat besar. Mungkin sentimen masih tertekan pada kekhawatiran politik jangka pendek. Namun peluang sih sangat besar sekali,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News