Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang salah satunya membahas transformasi ekonomi berbasis digital, pemerintah kini tengah mengembangkan digitalisasi hingga ke daerah-daerah.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, transformasi digital bisa bermanfaat salah satunya untuk mendukung sistem pembayaran yang berbasis digital. Dia bahkan memperhitungkan, potensi digitalisasi di Indonesia ke depan akan cukup besar.
Nilai digitalisasi di tahun ini saja, lanjut Airlangga diperkirakan akan mencapai US$ 220 miliar atau setara Rp 3.410 triliun (kurs Rp 15.567/US$).
Baca Juga: Airlangga: Indonesia Butuh 9 Juta Tenaga Kerja untuk Dorong Digitalisasi
“Khusus Indonesia, dulu direncanakan pertumbuhannya sebesar US$ 250 miliar masuk di 2025. Namun, ternyata ditarik ke depan, di tahun ini diperkirakan sudah US$ 220 miliar. Jadi, digitalisasi sudah sangat penting,” tutur Airlangga dalam sambutannya di Rapat Koordinasi Nasional Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah, Selasa (6/12).
Sebenarnya, negara lain menginginkan digital economy framework dijalankan pada 2025. Akan tetapi, Airlangga menegaskan Indonesia sudah berhasil menarik target tersebut ke 2023. Sebab menurutnya proses digitalisasi sangat cepat, sehingga tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
“Karena 2025 seluruhnya juga sudah akan berubah. Maka dalam keketuaan Indonesia Inilah kita akan terus ambil alih dalam digitalisasi daerah,” tambahnya.
Untuk itu, Dia meminta kepada pemimpin daerah agar segera mendorong proses digitalisasi. Sebab program digitalisasi akan menjadi fokus program pemerintah setelah agenda Presidensi G20 selesai.
Baca Juga: Ekonom Sebut Penyelenggaraan Pemilu Berdampak Positif terhadap Ekonomi
Lebih lanjut, Airlangga juga turut mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang telah melakukan kerjasama sistem pembayaran QRIS di lima negara ASEAN, yakni Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Dia bahkan memperhitungkan, jika QRIS bisa digunakan di Kawasan regional, maka kebutuhan dollar akan menurun, dan cadangan devisa Indonesia akan semakin kuat.
“Kalau QRIS ini bisa dipakai regional, maka kebutuhan terhadap dolar menurun. Dan memperkuat cadangan devisa kita, ini harus kita dorong agar kita lebih maju,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News