kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

AEPI: Ekosistem Pertanian Hulu ke Hilir Solusi Stabilisasi Ketahanan Pangan RI


Rabu, 27 Desember 2023 / 18:40 WIB
AEPI: Ekosistem Pertanian Hulu ke Hilir Solusi Stabilisasi Ketahanan Pangan RI
ILUSTRASI. Fenomena el nino ditengarai berdampak pada penurunan produksi pangan secara nasional. ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Fenomena el nino ditengarai berdampak pada penurunan produksi pangan secara nasional. El nino juga bisa menyulut inflasi tinggi karena kenaikan harga pangan. 

Jika sudah terjadi penurunan produksi maka solusi yang akan dilakukan negara biasanya adalah melakukan impor untuk komoditas yang terdampak.

Pengamat Pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori menilai bahwa ekosistem pertanian dari hulu ke hilir merupakan solusi dari ancaman El Nino berkepanjangan dan musim hujan yang belum merata.

Baca Juga: El Nino dan Hujan yang Belum Rata Ganggu Produksi Cabai dan Bawang Merah

"Nah solusi yang belum bisa dilakukan pemerintah sampai hari ini itu adalah mengumpulkan ekosistem hulu ke hilir," ujar Khudori kepada Kontan, Rabu (27/12).

"Produksi beberapa komoditas yang selalu bergejolak itu tidak ketemu antara produksi dengan konsumsinya," tambah dia.

Menurutnya, untuk daerah yang memiliki Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) besar seharusnya memiliki pasar induk.

Pasar induk itu nantinya berfungsi menjadi jembatan antara produsen dan konsumen. "Pasar induk yang mempertemukan kepentingan antara mereka yang di hulu dan hilir pasar induk di situ akan menjadi tempat bertemu antara petani dan konsumen," jelas dia.

Ia mencontohkan jika melibatkan swasta yakni pasar induk, maka bisa diketahui apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen. Bisa diketahui daya beli masyarakat seperti apa.

"Misalnya komoditas cabai bawang itu akan ketahuan permintaan hariannya berapa, mingguannya berapa permintaan bulanannya seperti apa spesifikasinya seperti apa, harga tinggi harga rendahnya seperti apa,  daya beli masyarakat di situ seperti apa," kata dia.

"Jika datanya sudah terkejar maka ditarik ke hulu jadi diterjemahkan ke lahan. Jadi dari kebutuhan itu akan ketahuan butuh lahan berapa luas," lanjutnya.

"Kalau ini terealisasi maka pasar induk akan mengatur jadwal tanam, nah kalau jadwal tanam itu sudah menyesuaikan dengan kebutuhan maka kapasitas produksi itu juga akan menyesuaikan dengan kebutuhan dan tidak terpengaruh oleh situasi apapun," lanjutnya.

Baca Juga: Indonesia Bakal Impor Beras Lagi di 2024, Ini Peringatan Pengamat

Kata dia, keberadaan pasar induk yang menghubungkan antara produsen dan pedagang yang akan berhubungan dengan konsumen akan membawa jalur distribusi jauh lebih pendek.

"Petani punya peluang untuk mendapatkan harga jauh yang lebih bagus dan konsumen juga tidak akan terbebani dengan harga yang demikian tinggi," ungkapnya.

"Karena margin yang biasanya diambil oleh middle man atau pedagang perantara dan seterusnya itu telah terpotong dan gak ada lagi jadi mestinya harganya lebih kompetitif," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×