Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - MANILA. Presiden Asian Development Bank (ADB) Masatsugu Asakawa meluncurkan panel tingkat tinggi beranggotakan para ahli di bidang ekonomi, keuangan, dan kesehatan untuk membantu paa menteri, gubernur bank sentral, dan pejabat senior dari negara-negara Asia Tenggara untuk mengidentifikasi langkah-langkah pemulihan pasca pandemi virus Corona (Covid-19).
"Kami memberikan ruang bagi para menteri dan ahli terkemuka untuk membahas beragam tantangan akibat Covid-19 dan mengidentifikasi berbagai aspek yang layak dikaji lebih lanjut,” ujar Asakawa di dalam keterangan tertulis yang dikutip Kontan.co.id, Kamis (11/6).
Asakawa menilai, pandemi corona sangat mungkin menimbulkan gelombang kedua dan ketiga yang kemudian akan berdampak pada kemerosotan ekonomi yang lebih dalam lagi. Saat ini saja, berbagai negara sudah dihadapkan pada tantangan besar akibat pandemi yang berdampak pada masyarakat dan dunia usaha. Maka dari itu, pembelajaran penting yang dialami setiap negara dinilai dapat bermanfaat bagi negara-negara lain dalam menanggulangi dampak pandemi.
Baca Juga: OECD: Ekonomi global akan jatuh ke jurang resesi terburuk dalam 100 tahun
Acara ini diikuti oleh para pejabat senior dari tiga perekonomian terbesar di Asia Tenggara, yaitu Menteri Keuangan Indonesia dan Gubernur ADB Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan Filipina dan Gubernur ADB Carlos G. Dominguez, dan Gubernur Bank Sentral Thailand Veerathai Santiprabhob. Tak hanya itu, Gubernur Bank Sentral Filipina yang merangkap sebagai Gubernur Alternatif ADB Benjamin Diokno, dan Sekretaris Perencanaan Sosioekonomi Filipina Karl Chua juga ikut bergabung dalam acara ini.
Adapun agenda di dalam panel ini adalah mengulas pembelajaran dan berbagai langkah cepat yang diambil oleh berbagai negara dalam mengatasi dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan keuangan akibat pandemi Covid-19.
Panel ini juga membahas mengenai prioritas jangka menengah hingga jangka panjang dari negara-negara terkait, serta membahas hal-hal terkait reformasi struktural, inovasi dalam mobilisasi sumber daya domestik, dan upaya untuk memastikan agar langkah pemulihan yang diambil dapat berkelanjutan di tengah sejumlah persoalan global lainnya.
Seperti diketahui, pada 13 April lalu ADB mengumumkan paket bantuan senilai US$ 20 miliar untuk membantu negara-negara berkembang dalam merespons dampak Covid-19. Setelah itu, ADB juga telah menyetujui bantuan senilai US$ 7,2 miliar dalam bentuk pinjaman dan bantuan teknis untuk kegiatan tanggap darurat, termasuk 9 intervensi di bawah opsi respons pandemi Covid-19 atau Covid-19 Pandemic Response Option/CPRO dengan total nilai bantuan sebesar US$ 5,52 miliar untuk Bangladesh, Bhutan, Filipina, Georgia, India, Indonesia, Mongolia, Nepal, dan Republik Kirgiz.
Indonesia sendiri, telah menerima bantuan sebesar US$ 1,5 miliar sebagai respons kontrasiklus dan hibah senilai US$ 3 juta sebagai dukungan tanggap darurat bagi pemerintah di sektor kesehatan. Tak hanya Indonesia, Filipina juga telah menerima bantuan senilai US$ 1,7 miliar untuk dukungan kontrasiklus dan perlindungan sosial, serta hibah senilai US$ 3 juta untuk membangun laboratorium pengujian Covid-19.
"Dialog tingkat tinggi ini, juga didukung oleh hibah bantuan teknis senilai US$ 5 juta yang telah disetujui ADB pada tanggal 24 April lalu. Hibah tersebut akan membantu negara yang menerima pendanaan CPRO untuk memantau respons Covid-19 di masing-masing negara, serta memandu mereka dalam menyiapkan strategi dan rencana aksi pemulihan," kata Asakawa.
Baca Juga: Ini saran ADB bagi Indonesia dalam menjalankan new normal
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News