kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adakan sosialisasi di pasar rakyat, pesantren target gerakan pakai masker berikutnya


Selasa, 07 Juli 2020 / 14:00 WIB
Adakan sosialisasi di pasar rakyat, pesantren target gerakan pakai masker berikutnya
ILUSTRASI. Gerakan Pakai Masker


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Gerakan pakai masker kembali menggelar sosialisasi bagi para penyuluh di pasar-pasar tradisional  atas pentingnya penggunaan masker untuk menekan penyebaran virus corona atau Covid-19.

Diadakan secara secara daring, penyuluhan bagi para penyuluh di pasar-pasar tradisional di lakukan untuk penyuluh di 1.749 pasar rakyat  yang menyebar di Provinsi Jawa Barat dan Banten, di luar  Bodetabek, Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sigit Pramono, Ketua Umum Gerakan Pengguna Masker (GPM),  GPM akan terus melakukan gerakan dengan kampanye publik pakai masker di 9.200 pasar tradisional di Indonesia. “Dalam pasar, ada lebih dari 7 juta pedagang yang terlibat, belum pembelinya. Penyuluhan penggunaan masker pedagang besar di pasar-pasar tradisional, kami harapkan bisa menekan penularan Covid-19,” ujar Sigit kepada KONTAN, Selasa (7/7).

Baca Juga: Indonesia bisa jadi episentrum pandemi corona, setelah China dan India di Oktober

Penggunaan masker menjadi salah satu cara murah dalam menekan penyebaran virus corona, selain menjaga kebersihan dan mencuci tangan. Sebelumnya ditemukan antivirus corona, agar ekonomi tetap bisa jalan, “Penggunaan masker harus menjadi gerakan nasional menekan penyeban Covid-19, sekaligus untuk menghidupkan mesin ekonomi yang dimulai dari pasar-pasar tradisional,” tandas Sigit.

Penyuluhan bagi sukarelawan pedagang pasar kali ini adalah aksi Gerakan Pakai Masker kali kedua, setelah  sebelumnya aksi serupa  dilakukan bagi para penyuluh 24 Juni lalu ke 237 pasar  se Jabodetabek. 

Gerakan pakai masker menjadi aksi nyata GPM karena pasar rakyat adalah urat nadi perekonomian Indonesia. Sesuai proyeks, pemulihan ekonomi tercepat akan terjadi di pasar-pasar tradisional. “Bagi yang tak memiliki tabungan, ekonomi harus jalan, dan ini akan digerakkan lebih dulu di pasar tradisional. Jadi pemulihan ekonomi cepat di masa pandemic akan terjadi di pasar tradisional,” ujar Chatib Basri, ekonom Universitas Indonesia yang juga mantan menteri keuangan dan kepala BKPM. 

Masalahnya, interaksi masih di pasar-pasar rakyat berpotensi menjadi pusat penyebaran virus corona. “Inilah yang kami jamah, dengan gerakan pakai masker,” ujar Sigit. Pemakaian masker secara disiplin bagi pedagang dan pembeli sebagai upaya minimal untuk menekan penularan dan penyebaran virus corona.

Baca Juga: Jaga ekonomi lewat pasar tradisional, GPM ajak masyarakat disiplin pakai masker

Menurut Sigit, banyak gerakan yang menggunakan platform digital untuk menggunakan masker,  namun gerakan ini masih bersifat inklusif. “GPM membantu kelompok masyarakat yang masih membutuhkan sosialisasi pemakaian masker yang benar. Makanya, setelah pasar tradisional, GPM akan melakukan kerjasama dengan pesantren di seluruh Indonesia untuk melakukan sosialiasi pemakaian masker,” ujar Sigit. 

Target selanjutnya, adalah kelompok masyarakat tertentu antara lain, perguruan tinggi, sekolah, kaum perempuan, kaum professional kelompok perbankan, kaum milenial, pelaku seni budaya dan banyak lagi.

Menurut Sigit,  70% kegiatan GPM adalah kampanye publik penggunaan masker dengan benar.  Adapu 30% memmbantu mengumpulkan dan menyalurkan masker kepada yang membutuhkan. Untuk itu, GPM akan terus menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang juga melakukan aksi serupz seperti : BenihBaik.com, Gemas, PeduliSehat dan banyak lagi.

Apalagi, kesadaran masyarakat memakai masker masih sangat rendah baru 30% dari populasi masyarakat Indonesia 267 juta. Tak hanya itu saja, “Mereka yang membutuhkan masker juga masih sangat banyak,” ujar Sigit.

Menurutnya, ini adalah pekerjaan besar yang harus dilakukan secara bersama-sama, bergotong-royong serta keroyokan di semua lapisan masyarakat. Belum ditemukanya antivirus corona, “Gerakan ini membutuhkan nafas panjang, dan pakai masker adalah aksi minimal yang bisa kita lakukan untuk menekan jumlah penularan virus,” ujar Sigit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×