kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada Risiko Bayangi Progres Pemulihan Ekonomi Indonesia, Ini Kata Ekonom


Senin, 23 Mei 2022 / 21:46 WIB
Ada Risiko Bayangi Progres Pemulihan Ekonomi Indonesia, Ini Kata Ekonom
ILUSTRASI. Petugas KM Doro Londa memberikan instruksi saat bersandar dengan latar belakang bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (19/5/2022). Ada Risiko Bayangi Progres Pemulihan Ekonomi Indonesia, Ini Kata Ekonom


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemulihan ekonomi Indonesia sudah terlihat. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan agar Indonesia tak jemawa. Pasalnya, masih ada momok yang menghantui progres pemulihan ekonomi ke depan. 

Bendahara negara menggatakan, setidaknya ada tiga tantangan berat. Pertama, inflasi yang tinggi. Kedua, sebab dari inflasi tinggi adalah peningkatan suku bunga kebijakan sehingga suku bunga menjadi tinggi. Ketiga, potensi pertumbuhan ekonomi yang melemah. 

Sepakat dengan bendahara negara, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mewanti-wanti Indonesia untuk berhati-hati akan risiko ini. Pasalnya, memang tiga tantangan tersebut sangat berkaitan. 

Dalam hal ini, Riefky kemudian mengimbau agar pemerintah mengambil langkah untuk menjaga progres pemulihan ekonomi, salah satunya, dengan menjaga tingkat inflasi dalam negeri. 

Baca Juga: Jaga Progres Pemulihan Ekonomi Indonesia, Ini Saran Ekonom

“Memang, domestik bisa mengalami inflasi. Ini dijaga agar tidak terlalu cepat sehingga menginterupsi pemulihan saat ini,” tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Senin (23/5). 

Pasalnya, bila tingkat inflasi ini melambung, maka mau tak mau Bank Indonesia (BI) akan mengetatkan suku bunga acuan. Bila pengetatan moneter ini terjadi terlalu cepat dan terlalu ketat, maka progres pemulihan bisa tersendat. 

Bila progres pemulihan tersendat, maka pemerintah juga perlu merogoh kocek lebih dalam untuk menjaga daya beli masyarakat. Dengan demikian, asa pemerintah untuk menekan defisit anggaran di bawah 3% PDB pada tahun depan bisa tak terlaksana. 

Selain itu, pemerintah juga perlu mewaspadai tekanan inflasi yang berasal dari sumber lain, seperti disrupsi rantai pasok global karena proteksionisme dan kuncitara di China. 

Baca Juga: Sri Mulyani Sebut 3 Tantangan Berat Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia

Lebih lanjut, Riefky masih yakin pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 akan lebih tinggi dari capaian 2021. Menurut perkiraannya, pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa lebih dari 5% yoy, atau membaik dari pertumbuhan tahun lalu yang sebesar 3,69% yoy. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×