Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai Bank Indonesia (BI) memang memiliki peluang untuk melonggarkan kebijakan moneternya. Apalagi saat ini gejala ekonomi menunjukkan perlambatan. Bahkan melalui pelonggaran suku bunga acuan.
Peluang penurunan suku bunga acuan tersebut ada karena inflasi yang terkendali, khususnya inflasi inti yang rendah. David juga memproyeksi, inflasi nasional di akhir tahun ini bisa berada di batas bawah target sasaran inflasi sebesar 4% plus minus 1%.
David juga mengatakan, peluang penurunan suku bunga acuan datang dari nilai tukar rupiah yang stabil. David mengatakan, hal itu didukung oleh masuknya arus modal asing karena kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tidak secepat yang diperkirakan, yaitu maksimal satu kali lagi hingga akhir tahun dan telah diantisipasi.
"Penurunan suku bunga masih bisa 25 basis points (bps) lagi menjadi 4,5%," kata David kepada KONTAN, Jumat (4/8).
Meski demikian, BI juga masih perlu melihat data-data lainnya, khususnya data-data yang menunjukkan adanya pelemahan konsumsi. David bilang, BI harus mengonfirmasi kembali apakah pelemahan daya beli tersebut bersifat temporer atau permanen.
"Kalau data Juli mengonfirmasi lemah juga maka harus segera diantisipasi dengan kebijakan moneter. Seperti India yang baru saja menurunkan suku bunganya dan direspon positif," tambah dia.
Di sisi lain, ia mengaku bahwa pelonggaran kebijakan moneter bukan obat mujarab untuk mengatasi persoalan tersebut. Yang paling penting yaitu meningkatkan mengubah psikologis konsumen dan pebisnis agar lebih optimistis.
David mengatakan, saat ini konsumen dan pebisnis belum yakin melihat ekonomi secara keseluruhan dan melakukan belanja-belanja yang bersifat jangka panjang. Faktornya pun banyak, termasuk stabilitas politik di awal tahun hingga isu amnesti pajak yang banyak mengganggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News