Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, terdapat sejumlah tantangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ekonomi kreatif (ekraf) untuk melakukan ekspor.
Pertama, logistik yang terkait permintaan dokumen administrasi karena kebanyakan pelaku ekonomi kreatif didominasi oleh UMKM yang sebagian tidak memahami proses ekspor. Solusi pemerintah dalam menghadapi tantangan proses ekspor ini yakni telah melakukan pelatihan prosedur ekspor dan sertifikasi pelaku ekraf yang bekerjasama dengan kementerian/lembaga terkait.
Kedua, kemampuan produksi pelaku ekraf yang masih kecil karena faktor tenaga kerja dan mesin produksi. Terkadang produk atau brand bagus tetapi pada saat permintaan membesar akhirnya tidak mampu untuk men-supply hal tersebut.
“Supply atau penyediaan yang tidak stabil mengakibatkan produsen tidak dapat memenuhi kebutuhan permintaan di pasar,” kata Wishnutama dalam diskusi virtual, Minggu (30/8).
Ketiga, proses research dan development produk yang belum menjadi prioritas. Padahal research and development merupakan hal yang sangat penting untuk memproduksi barang-barang agar bisa berkompetisi dengan produk-produk di pasar internasional.
“Juga kita bisa mempelajari apa potensi yang ada di market apa kompetisinya,” ungkap dia.
Keempat, terkait masalah regulasi. Wishnutama berharap prasyarat dan sertifikasi harus disederhanakan dan lebih murah. Serta tantangan bea masuk ke negara tujuan ekspor yang juga sangat tinggi. Ia menyebut, pemerintah mengajukan usulan agar ada subsidi untuk ekspor seperti keringanan biaya bea masuk negara tujuan ekspor.
Wishnutama mengatakan, Indonesia menjadi negara ketiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam hal kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB negara.
Data BPS menyebutkan, tiga kontributor PDB terbesar pada tahun 2017 adalah subsektor kuliner sebanyak 41% , fashion sebesar 17% dan kriya sebesar 14,9%.
Ketiga subsektor itu juga menyumbang ekspor teratas yakni subsektor Fashion sebesar US$ 11,9 miliar (60%), kriya US$ 6,4 miliar(32%), dan kuliner US$ 1,3 miliar (6%). Tidak hanya itu, terdapat tiga subsektor lain yang berpotensi semakin meningkat ke depannya yakni subsektor film, subsektor musik, dan subsektor aplikasi dan games.
“Sektor ekonomi kreatif berkontribusi besar terhadap PDB nasional. Menurut data Opus tahun 2020 prediksi sumbangan 17 subsektor ekonomi kreatif akan mencapai Rp 1.100 triliun,” ujar Wishnutama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News