kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi subsidi BBM dan LPG diproyeksi lampaui pagu tahun ini


Selasa, 25 Juni 2019 / 20:01 WIB
Realisasi subsidi BBM dan LPG diproyeksi lampaui pagu tahun ini


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) memperkirakan realisasi subsidi untuk bahan bakar minyak (BBM) dan tabung LPG 3 kilogram akan melebihi pagu yang ditetapkan dalam APBN 2019. Pasalnya, realisasi konsumsi BBM dan LPG 3 kg meningkat dan diproyeksi melebihi target konsumsi yang ditetapkan pemerintah sebelumnya. 

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemkeu Suahasil Nazara mengatakan, tren realisasi konsumsi solar 2015-2018 berada di bawah kuota. Hal ini dipengaruhi antara lain oleh keberhasilan pengawasan dan preferensi konsumen menggunakan pertadex dan dexlite ata merk BBM lain yang nonsubsidi.

Namun, realisasi konsumsi solar hingga April 2019 tercatat sebesar 5,07 juta kiloliter (Kl) atau sekitar 35% dari pagu APBN. “Januari-April ini kan sepertiga tahun, artinya kalau kita kalikan tiga (setahun) sudah mencapai 15,3 juta Kl. Jadi hampir pasti melebihi kuota,” kata Suahasil di DPR, Selasa (25/6).

Begitu pun dengan konsumsi tabung LPG 3 kg, pemerintah mencatat realisasi konsumsi selalu melampaui kuota dalam dua tahun terakhir. Hitungannya, realisasi konsumsi LPG 3 kg naik dengan rata-rata 5,9% per tahun.

Suahasil menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan realisasi konsumsi maupun subsidi LPG 3 kg melampaui pagunya. Pertama, realisasi subsidi dipengaruhi oleh asumsi harga minyak mentah (ICP) dan kurs rupiah yang cukup volatile. “Kalau asumsi bergerak, maka risiko ada di keuangan negara,” katanya.

Kedua, harga jual eceran LPG 3 kg tidak berubah sejak 2008 yaitu tetap Rp 4.250 per kg. Hal ini menambah risiko pada keuangan negara lantaran melebarnya selisih harga patokan (keekonomian) dengan HJE yang kemudian diperhitungkan sebagai beban subsidi yang ditanggung oleh pemerintah.

Ketiga, distribusi LPG 3 kg masih terbuka bebas sehingga masyarakat cenderung membeli tabung bersubsidi. “Sehingga ada potensi terjadinya arbitrase, seperti tabung oplosan, penimbunan, dan sebagainya karena bisa dibeli golongan masyarakat manapun,” lanjut Suahasil.

Belum lagi, 73% LPG dipasok dari impor sehingga ini menjadi tambahan persoalan bagi kondisi neraca perdagangan Indonesia, ungkapnya.




TERBARU

[X]
×