kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengamat: Kurangnya perencanaan menyebabkan serapan belanja modal minim


Kamis, 03 Januari 2019 / 18:55 WIB
Pengamat: Kurangnya perencanaan menyebabkan serapan belanja modal minim
Menkeu Sri Mulyani saat pemaparan realisasi APBN


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi belanja modal tahun 2018 belum maksimal. Hingga akhir tahun 2018, realisasi belanja modal baru mencapai 90,7% dari target atau  sebesar Rp 184,9 triliun dari Rp 203,9 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, belanja modal yang tak maksimal ini dikarenakan masih ada proyek-proyek Kementerian/Lembaga (K/L) yang sifatnya bertahap, sehingga anggarannya tak harus diserap seluruhnya di tahun lalu.

Meski begitu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira memandang tidak tercapainya serapan belanja modal ini berkaitan dengan kurangnya perencanaan pemerintah di awal tahun.

"Jadi sebenarnya ini tidak terencana. Seharusnya yang bisa mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi adalah belanja modal, tetapi kita mengharapkan belanja modalnya berkualitas. Pembangunan infrastruktur tidak masalah, tetapi diharapkan bahan bakunya lebih banyak dari lokal. Setelah mendapat kritik, pemerintah terlambat menyadari, sehingga mereka baru mengerem di semester II," Jelas Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (3/1).

Serapan belanja modal ini juga dikaitkan dengan upaya pemerintah menunda beberapa proyek infrastruktur karena besarnya penggunaan bahan baku impor. Apalagi, proyek-proyek infrastruktur yang menggunakan bahan baku impor bisa membuat current account defisit (CAD) semakin melebar.

Bila dilihat, realisasi belanja pemerintah pusat tahun lalu sudah mencapai 99,3% dari anggaran. Meski tinggi, menurut Bhima serapan ini belum berkualitas. Ini bisa dilihat dari belanja barang yang lebih rendah dibandingkan pos belanja lainnya.

Pasalnya, belanja pegawai mencapai 94,8%, belanja barang sebesar 99,1%, dan pembayaran bunga utang mencapai 108,2%. Padahal, Bhima berpendapat, pos belanja tersebut merupakan belanja yang konsumtif.

"Kunci ekonomi tumbuh tinggi dengan spending pemerintah itu ada di belanja modal ya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×