kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Inilah tuntutan para calon haji Filipina


Senin, 05 September 2016 / 09:29 WIB
Inilah tuntutan para calon haji Filipina


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

BONE.  Sebanyak 170 jemaah calon haji yang sebelumnya sempat ditahan pihak imigrasi Filipina lantaran menggunakan paspor palsu kini telah tiba di tanah air.

Dari 170 tersebut, 94 adalah warga Sulawesi Selatan yang 18 di antaranya asal Kabupaten Bone.

Kedelapan belas calon haji tersebut kini telah tiba di kampung halaman pada Minggu (4/9) pukul 19.00 Wita. Mereka dijemput di bandara Sultan Hasanudin, Makassar, oleh pementah kabupaten (pemkab) setempat.

Kepala Kantor Kementerian Agama Sulsel Abdul Wahid Tahir mengatakan, sebanyak 101 orang warga Sulsel yang tertahan di Filipina, baru 94 yang dipulangkan ke tanah air. Sedangkan 7 orang lainnya masih ditahan di Filipina untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

"Dari 177 WNI yang ditahan di Filipina, 101 merupakan warga asal Sulsel namun yang tiba di Makassar hari ini jumlahnya 94 orang, sedangkan 7 orang lagi masih diperiksa di Filipina," ungkap Abdul Wahid Tahir kepada wartawan.

Dijelaskannya, total jemaah yang dipulangkan dari Filipina hari ini sebanyak 170 orang. Sebanyak 110 di antaranya mendarat di bandara Internasional Sultan Hasanuddin

Nurdin Palla (50), salah seorang calon haji asal Kelurahan Pompanua, Kecamatan Ajamgngale, Kabupaten Bone, saat tiba di kampung halamnya, mengaku sempat mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan sebelum ia dan calon haji lainnya diserahkan kepada pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Filipina.

"Sebelum kami diserahkan ke KBRI kami ditahan di ruangan sempit. Satu ruangan kami berjumlah 15 orang jadi berhimpit-himpitan, makannya juga cuma satu kali sehari," kata Nurdin yang berprofesi sebagai pedagang hasil bumi ini.

Sementara terkait dengam paspor palsu yang mengakibatkan dirinya gagal melaksanakan indah haji ini, Nurdin mengaku tak tahu sama sekali bahwa jalur yang mereka gunakan adalah ilegal.

"Yang kami tahu kami berangkat dengan ikhlas dan resmi nanti ditahan di Filipina baru kami tahu paspor kami palsu. Habis ini kami akan menuntut panitia pemberangkatan supaya uang kami bisa kembali," ujar Nurdin.

Sementara itu, Bupati Bone Andi Baso Pashar Padjalangi mengaku kaget atas tekad warganya beribadah ke Tanah Suci meski harus membayar beberapa kali lipat demi menyempurnakan Rukun Islam tersebut.

"Mereka ini hanya korban dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Bayangkan saja mereka rela membayar 125 juta rupiah per orang demi menjalankan ibadah haji," kata Andi Baso Pashar Padjalangi, yang turut menjemput belasan warganya tersebut. (Kontributor Bone, Abdul Haq )

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×