kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekonom Bank DBS proyeksikan pertumbuhan ekonomi di level 5,0%, ini alasannya


Selasa, 20 Agustus 2019 / 14:18 WIB
Ekonom Bank DBS proyeksikan pertumbuhan ekonomi di level 5,0%, ini alasannya
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil pada kuartal II 2019, yaitu sebesar 5,05% (yoy). Berbeda dengan tren pertumbuhan ekonomi yang menurun di negara lain. Faktor utama tren pertumbuhan pada kuartal kedua tersebut ada pada sektor konsumsi.

Sektor konsumsi tumbuh sekitar 5,7% (yoy), tumbuh pesat dari pertumbuhan rata-rata selama lima tahun yang hanya 4,8%. Konsumsi lembaga swasta tumbuh sekitar 5,2% (yoy) dan konsumsi pemerintah tumbuh 8,2% (yoy).

Hanya saja, investasi melemah dan berada di level 5% (yoy) pada kuartal II 2019, padahal pada semester I 2018 mencapai 6,9%. Melihat pertumbuhan tersebut, Bank DBS menyimpulkan bahwa masih ada usaha pemerintah untuk mendorong pertumbuhan investasi.

Baca Juga: Pemerintah targetkan inflasi 2020 sebesar 3,1%, Indef: Kami pesimistis

"Fokus pemerintah ada dalam bidang infrastruktur karena masih bisa mendorong pertumbuhan investasi walau memang tidak sekuat tahun lalu," kata Ekonom Bank DBS Masyita Crystallin secara tertulis, Selasa (20/8).

Saat ini, Indeks Pembelian Manufaktur atau Purchasing Manufacturing Index (PMI) terbaru masih menunjukkan wilayah ekspansi di angka 5,21.

Selain itu, DBS juga melihat risiko terhadap neraca perdagangan yang masih melemah, dipicu tensi tinggi akibat perang dagang antara Amerika dan China. Hal lain yang memengaruhi adalah depresiasi Yuan, China.

Ini memang menyebabkan impor Indonesia menurun dalam beberapa bulan terakhir, tetapi juga ada tren penurunan ekspor yang diprediksi akan terus ada dalam beberapa waktu ke depan.

Namun, menurut Masyita, defisit neraca perdagangan ini bukan disebabkan oleh masalah volume karena volume ekspor masih berada di area 3mma (yoy), yang lebih tinggi dari jumlah impor.

Baca Juga: Meski sempat menguat tajam, rupiah ditutup menguat tipis, ini penyebabnya

"Defisit neraca perdagangan yang melebar ini lebih disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu memburuknya ketentuan perdagangan. Selain itu, bisa diakibatkan oleh tumbuhnya volume impor daripada jumlah ekspor karena pembangunan infrastruktur yang terus digalakkan," kata Masyita.

Hal ini sangat disayangkan, karena Indonesia dinilai masih belum memperoleh keuntungan dari kondisi global saat ini, berbeda dengan Vietnam dan Taiwan yang berhasil menjadi eksportir bagi Amerika dan China.

Namun, meski sektor eksternal tidak menunjukkan dukungan, DBS memproyeksi pertumbuhan Indonesia masih tetap bertahan. "Akan ada di level 5,0%. Ya ini sesuai dengan potensinya," terang Masyita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×