kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BMKG: Iklim RI tidak mendukung Covid-19, penyebaran masif akibat interaksi sosial


Senin, 06 April 2020 / 07:35 WIB
BMKG: Iklim RI tidak mendukung Covid-19, penyebaran masif akibat interaksi sosial


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tim BMKG dan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM mengkonfirmasi adanya indikasi pengaruh cuaca dan iklim dalam mendukung penyebaran wabah COVID-19. 

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati seperti yang dikutip dari situs resminya, analisis statistik dan hasil  pemodelan matematis di beberapa penelilitian mengindikasikan bahwa cuaca dan iklim merupakan faktor pendukung untuk kasus wabah virus corona berkembang pada outbreak yang pertama di negara atau wilayah dengan lintang tinggi. "Tapi itu bukan faktor penentu jumlah kasus, terutama setelah outbreak gelombang yang ke dua," jelasnya. 

Baca Juga: Ini penjelasan mengapa virus corona lebih cepat menginfeksi manusia

BMKG menjelaskan, kondisi cuaca/iklim serta kondisi geografi kepulauan di Indonesia, sebenarnya relatif lebih rendah risikonya untuk berkembangnya wabah COVID-19. Pasalnya, Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 27-30 derajat celcius dan kelembapan udara berkisar antara 70-95%. 

Dari kajian sejumlah literatur, BMKG-UGM menilai, sebenarnya lingkungan ini cenderung tidak ideal untuk outbreak COVID-19. Namun demikian fakta menunjukkan bahwa kasus Gelombang ke-2 COVID-19 telah menyebar di Indonesia sejak awal Maret 2020 yang lalu. "Hal tersebut diduga akibat faktor mobilitas manusia dan interaksi sosial yang lebih kuat berpengaruh, daripada faktor cuaca dalam penyebaran wabah COVID-19 di Indonesia," papar BMKG.

Baca Juga: Begini gejala awal terjangkit virus corona dari hari ke hari

Berdasarkan fakta dan kajian tersebut, tim BMKG-UGM merekomendasikan apabila mobilitas penduduk dan interaksi sosial ini benar-benar dapat dibatasi, disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat, maka faktor suhu dan kelembapan udara dapat menjadi faktor pendukung dalam memitigasi atau mengurangi risiko penyebaran wabah tersebut.

"Selain itu perlu diwaspadai pula bahwa memasuki bulan April hingga Mei ini, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki pergantian musim, yang sering ditandai dengan merebaknya wabah Demam Berdarah," jelas BMKG.

Baca Juga: Berapa lama pembawa virus corona dapat menginfeksi orang lain? Simak penjelasannya

Pada bulan April hingga puncak musim kemarau Agustus nanti, suhu rata-rata di Indonesia akan berkisar antara 28 derajat Celcius hingga 32 derajat Celcius dengan kelembapan udara berkisar antara 60%-80%. Itu artinya, cuaca di Indonesia cukup menguntungkan dalam menahan penyebaran Covid-19. 

Namun, BMKG mengingatkan, cuaca yang mendukung tidak akan berarti optimal tanpa penerapan physical distancing yang lebih ketat, pembatasan mobilitas orang, dan menjalankan kebijakan "tinggal di rumah" oleh masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×