Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Rating and Investment Information, Inc. (R&I) menaikkan Sovereign Credit Rating (SCR) Republik Indonesia dari BBB-/Outlook Positif menjadi BBB/Outlook Stabil, Rabu (7/3).
Dalam keterangan tertulisnya, R&I menyatakan bahwa faktor kunci yang mendukung kenaikan SCR Indonesia adalah perekonomian Indonesia yang terus menunjukkan kinerja baik dengan inflasi yang rendah dan stabil, defisit fiskal yang terjaga, serta utang pemerintah yang rendah.
Selain itu, pembangunan infrastruktur juga menunjukkan kemajuan dan iklim investasi semakin membaik. R&I juga mencatat, upaya pemerintah dalam meningkatkan penerimaan pajak antara lain melalui penguatan basis data perpajakan cukup baik.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menyatakan, perbaikan rating ke level BBB oleh R&I yang merupakan ketiga kalinya setelah peningkatan rating oleh Fitch dan JCR ini semakin mengukuhkan keyakinan dunia internasional atas kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang semakin kuat.
“Pengakuan tersebut didukung oleh efektivitas kebijakan pemerintah dan otoritas dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta komitmen pemerintah dalam mengimplementasikan reformasi struktural,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (7/3).
Momen positif ini, menurut Agus, perlu dipertahankan bersama untuk memastikan terjaganya stabilitas perekonomian sehingga mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat, berkelanjutan, dan inklusif.
“Dalam kaitan ini, BI akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan termasuk menempuh langkah-langkah stabilisasi nilai tukar agar sesuai nilai fundamentalnya dan upaya pendalaman pasar keuangan untuk menjaga stabilitas perekonomian,” kata dia.
Asal tahu saja, R&I sebelumnya memperbaiki outlook SCR Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive, sekaligus mengafirmasi rating pada BBB- (Investment Grade) pada 5 April 2017.
Dalam menaikkan rating Indonesia, R&I yakin bahwa kebijakan yang berfokus pada stabilitas makroekonomi dan rangkaian inisiatif reformasi struktural akan terus berlanjut di tengah berbagai agenda politik yaitu Pilkada 2018 serta Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News