kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Porsi asing pada SBN menembus 40%


Jumat, 22 September 2017 / 17:50 WIB
Porsi asing pada SBN menembus 40%


Reporter: Choirun Nisa | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Komposisi dana asing pada surat berharga negara (SBN) terus bertambah. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) per 20 September 2017, kepemilikan asing pada SBN mencapai Rp 793,47 triliun. 

Porsi kepemilikan asing pada SBN ini mencapai 46,54% dari total SBN sebesar Rp 1.704,75 triliun.

Jika ditambah dengan kepemilikan atas SBN syariah alias sukuk negara, total kepemilikan asing mencapai Rp 819,45 triliun. Angka ini meraup porsi 40,43% dari total surat utang yang dapat diperdagangkan yang mencapai Rp 2.026,79 triliun.

Porsi kepemilikan asing pada surat utang negara ini naik, baik itu untuk konvensional maupun secara total. Akhir Agustus, porsi asing pada SBN sebesar 45,06% dan porsi asing atas seluruh SBN rupiah yang dapat diperdagangkan masih 39,01%.

Di awal tahun, porsi asing atas SBN sebesar 43,15%. Sedangkan porsi asing terhadap total SBN rupiah mencapai 37,82%.

Menurut ekonom Bank Danamon Dian Ayu Yustina, komposisi dana asing ini cukup tinggi. Dian mengatakan, kenaikan porsi asing ini menunjukkan bahwa investor asing masih memandang positif prospek ekonomi Indonesia. "Apalagi dengan kurs yang stabil dan inflasi yang terjaga rendah," ujar Dian ketika dihubungi KONTAN pada Jumat (22/9).

Dengan komposisi asing yang meningkat dan mempertimbangkan kurs dan inflasi, Dian memprediksi, potensi risiko tahun ini lebih minimal. Pemerintah pun selektif dan hati-hati dalam menyerap dana. 

Dian mengatakan, pemerintah perlu mewaspadai tahun depan. "Karena ada potensi kebijakan moneter global yang cenderung ketat," kata Dian.

Menurut dia, pemerintah perlu menentukan sikap untuk menghadapi potensi tahun depan. Salah satu yang mungkin dilakukan adalah reformasi dan streamlining birokrasi, terutama terkait kebijakan investasi yang perlu terus dilanjutkan.

Meski begitu, kata Dian, yang paling penting adalah menjaga persepsi positif terhadap ekonomi. "Jadi tidak mengandalkan dari SBN saja, tetapi juga dari sumber lain, mungkin bisa kepada yang lebih bersifat jangka panjang," kata Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×