kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertumbuhan ekonomi 2018 bakal sulit capai 5,4%


Kamis, 17 Agustus 2017 / 18:46 WIB
Pertumbuhan ekonomi 2018 bakal sulit capai 5,4%


Reporter: Elisabeth Adventa | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - Dalam nota keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, Pertumbuhan Ekonomi 2018 ditargetkan bisa mencapai 5,4%. Target yang cukup ambisius, melihat pertumbuhan ekonomi kuartal II - 2017 yang pekan lalu dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) masih di kisaran 5,01%.

Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati berpendapat, pertumbuhan ekonomi kuartal II tahun ini cenderung stagnan karena melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat. Sehingga, target 5,4% akan sulit dicapai apabila pemerintah belum bisa mendongkrak konsumsi masyarakat tersebut.

Pasalnya, kontributor utama dalam ekonomi Indonesia selama ini adalah konsumsi masyarakat, bahkan porsinya mencapai lebih dari 54%. "Nah, ketika konsumsi kita hanya tumbuh 4,9%, ini sudah akan sangat sulit jika ekonomi bisa tumbuh di atas 5,1%," jelas Enny pada KONTAN beberapa waktu lalu.

Ia kembali menjelaskan, apabila ke depannya konsumsi masyarakat hanya tumbuh di kisaran 5%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia, secara agregat tidak akan jauh dari kisaran 5,1%. Pada dasarnya, konsumsi atau daya beli masyarakat bisa dibagi menjadi tiga bagian menurut tingkat ekonomi masyarakat.

Enny mengatakan jika tidak semua kelompok masyarakat konsumsinya menurun. "Dalam 40% kelompok berpenghasilan menengah ke bawah, konsumsinya memang turun. Kondisi yang sama juga terjadi pada 20% kelompok berpenghasilan menengah ke atas, konsumsinya juga turun," paparnya.

Menurunnya konsumsi pada 40% kelompok berpenghasilan menengah ke bawah diserahkan oleh menurunnya upah riil dan kesempatan kerja di sektor formal. Sehingga, kondisi itulah yang memengaruhi daya beli dari kelompok 40% menengah ke bawah.

"Sementara konsumsi kelompok 20% teratas dipengaruhi berbagai macam penurunan harga komoditas, mengakibatkan pendapatan mereka menurun. Maka mereka mengoreksi konsumsinya, termasuk juga mereka harus selektif dalam membelanjakan uangnya," papar Enny.

Kondisi tersebut mengakibatkan simpanan masyarakat di perbankan meningkat dalam dua bulan terakhir. "Kemungkinan besar, simpanan tersebut dari kelompok 20% teratas itu. Ada shifting dari pengeluaran konsumsi ke pengeluaran untuk saving," jelas Enny.

Ia mengutarakan, sebenarnya ada kelompok masyarakat yang konsumsinya masih relatif ada peningkatan, yakni 40% kelompok menengah. Meski kegiatan konsumsinya masih belum seluruhnya tercermin karena selama ini ada pergeseran pola konsumsi atau shifting ke arah digital ekonomi.

"Tak hanya konsumsi menurut saya, bahkan distribusi dan mungkin produksi juga ada shifting ke digital ekonomi," pungkas Enny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×