kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

EODB naik, BI perkirakan laju ekonomi dekati 5,7%


Rabu, 01 November 2017 / 11:48 WIB
EODB naik, BI perkirakan laju ekonomi dekati 5,7%


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usaha Presiden Joko Widodo mengejar peringkat di bawah 50 pada tahun 2019 dalam kemudahan memulai usaha atau Ease of Doing Business (EoDB) membuahkan hasil. Setelah pada tahun 2017 peringkat kemudahan berusaha di Indonesia di peringkat 91, pada tahun 2018 naik menjadi di urutan 72.

Bank Indonesia memandang, hal ini akan mampu mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi lantaran pembiayaan ekonomi meningkat. Pembiayaan yang meningkat ini didukung oleh akan banyaknya investasi yang masuk ke Tanah Air.

Pasalnya, tidak hanya kepercayaan diri dalam negeri saja yang akan tumbuh, tetapi juga investor baik domestik dan internasional bahwa melakukan usaha semakin lama semakin mudah. Bukan berarti sekarang sangat mudah, melainkan lompatan ini tunjukkan bahwa berusaha di Indonesia semakin mudah.

“Sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi meningkat. Selain itu, juga bisa menjaga stabilitas makro dan sistem keuangan kita karena confidence maupun aliran modal penting. Tidak cuma pembangunan ekonomi, tapi juga sistem keuangan,” kata Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo.

Oleh karena itu, ia memperkirakan pada 2019 pertumbuhan ekonomi akan bisa lebih tinggi, yakni pada kisaran 5,5% atau lebih yang didukung oleh dampak pembangunan infrastruktur dan reformasi struktural.

“Ini akan semakin dorong ekonomi jangka menengah dan panjang. Bahkan, kami perkirakan 2019 bisa dekati batas atasnya 5,7%. Karena apa produktivitas ekonomi juga akan makin baik,” jelasnya.

Selain meningkatkan investasi langsung dalam bentuk penanaman modal asing maupun dalam negeri (PMA dan PMDN), menurut Perry, peningkatan EoDB ini akan semakin tingkatkan investasi lainnya termasuk portfolio.

“Ini bukti nyata bagaimana kebijakan reformasi struktural sejak 2014 memberikan hasil. Bagaimana perbaikan perizinan, apsek kelistrikan, bangunan, sehingga ini merupakan perbaikan-perbaikan nyata dan terus terjadi. Semoga akan ada perbaikan-perbaikan lagi,” kata dia.

Asal tahu saja, hasil survey laporan tersebut menempatkan Indonesia pada ranking Kemudahan Berusaha ke-72, atau naik 19 peringkat dari tahun sebelumnya. Dengan pencapaian ini, posisi Indonesia masih lebih tinggi diantara sebagian negara berkembang lainnya, diantaranya Afrika Selatan (82), India (100), Filipina (113), dan Brazil (125). Pada tahun ini, posisi Indonesia berhasil melewati Tiongkok yang berada pada peringkat ke-78.

World Bank mengakui bahwa Indonesia setidaknya telah melakukan perbaikan pada tujuh indikator, yaitu: (1) simplifikasi pendaftaran usaha baru; (2) perbaikan akses atas listrik; (3) efisiensi biaya pengurusan izin properti usaha; (4) transparansi data kredit; (5) penguatan perlindungan terhadap investor minoritas; (6) perbaikan akses kredit usaha melalui pendirian credit bureau; dan (7) perkembangan perizinan berbasis elektronik untuk perdagangan internasional.

Laporan tersebut menganggap Indonesia sebagai “Top 10 Reformer” atau diantara 10 negara terbaik di dunia yang paling melakukan reformasi kemudahan berusaha selama 15 tahun terakhir. Misalnya untuk pendaftaran usaha baru, kini proses pendaftaran di Jakarta hanya membutuhkan waktu 22 hari dibandingkan 181 hari pada tahun 2004.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×