Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walaupun puncak musim kemarau diperkirakan lebih panjang, Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menyebut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di berbagai wilayah di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh ulah manusia,.
"Kami mendapatkan laporan bahwa kebakaran hutan dan lahan ini 99% akibat ulah manusia, hanya 1% akibat alam. Karena itu kita harus fokus menangani ulah manusia ini," ujar Wiranto, Rabu (21/8).
Meski tak menyebutkan secara detail berapa banyak jumlah titik api saat ini, Wiranto menyebut titik api yang ada hingga sekarang jauh lebih besar dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Ini alasan mengapa ibu kota baru masih dirahasiakan
Dia menjelaskan, bertambah besarnya titik api tersebut disebabkan ditemukannya titik-titik api baru di Nusa Tenggara Timur (NTT). Padahal, sebelumnya tidak ada titik api di wilayah tersebut. "Di NTT duku tidak ada, tiba-tiba sekarang ada 100 lebih titik api," kata Wiranto.
Menurut Wiranto, terdapat berbagai poin yang perlu diperhatikan dalam mengatasi kebakaran hutan saat ini. Pertama berkaitan dengan hujan. Dia mengatakan, yang paling efektif mematikan titik api adalah hujan. Sayangnya hujan belum turun di sejumlah daerah.
"Bisa dibuat dengan hujan buatan, tetapi ini tergantung BMKG, karena acuannya adalah ada awan. Paling tidak awan itu harus ada 70%," ujar Wiranto.
Baca Juga: Peringatan Dini BMKG: Awas! gelombang tinggi dan angin kencang di lima daerah
Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah penegakan hukum. Menurut Wiranto penegak hukum harus tegas memberantas pembakar-pembakar hutan. Terkait masalah ini, dia pun meminta keterlibatan swasta untuk mendorong masyarakat tidak membuka lahan dengan membakar lahan.
Selanjutnya, Wiranto pun menyinggung masalah dana. Dia mengatakan, dibutuhkan dana tanggap darurat untuk memberikan gaji dan insentif pada personil pasukan kebakaran hutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News