kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waspada stok awal tahun, pengamat lihat harga beras dan gabah akan terus naik


Kamis, 25 Oktober 2018 / 19:32 WIB
Waspada stok awal tahun, pengamat lihat harga beras dan gabah akan terus naik
ILUSTRASI. Pedagang beras merugi


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau Badan Pusat Statistik mencatat proyeksi surplus produksi beras sebesar 2,85 juta ton di akhir tahun 2018. Pengamat pertanian melihat harga beras tahun depan akan terus mengalami kenaikan.

Pasalnya, stok surplus akhir tahun akan terpakai untuk periode Januari-Februari yang kemungkinan bisa paceklik.

Pengamat Pertanian yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan pemerintah harus mewaspadai tahun 2019.

Pasalnya, surplus versi BPS sebenarnya hanya akumulasi dari panen Maret dan April yang hampir mencapai 5 juta ton, sehingga ending stock akhir tahun sesungguhnya mungkin kurang dari 2 juta ton.

Kemudian mengingat periode Oktober-Desember minim panen, maka surplus akan terserap besar hingga periode Januari-Februari yang bisa jadi paceklik.

"Itu yang harus diwaspadai, karena konsumsi bulanan 2,5 juta ton. Berarti kalau paceklik, panen sangat sedikit. Berarti ada kebutuhan 5 juta ton. Kalau hanya mengandalkan surplus beras ending stock 2 juta ton jauh dari mencukupi," jelasnya, Kamis (25/10).

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan panen kuartal IV akan lebih kecil dari periode sebelumnya karena memasuki masa tanam sehingga panen minim terutama pada periode Oktober-Desember.

Rinciannya, potensi produksi beras di Oktober 2018 sebesar 1,52 juta ton, November 2018 sebesar 1,20 juta ton dan Desember 2018 sebesar 1,22 juta ton.

Bila diakumulasi menjadi 3,94 juta ton. Namun perkiraan konsumsi pada bulan Oktober sebesar 2,51 juta ton, November sebesar 2,43 juta ton dan Desember sebesar 2,51 juta ton, yang bila diakumulasi sebesar 7,45 juta ton. Artinya, dari tiga bulan tersebut akan terjadi defisit 3,51 juta ton.

Untungnya masih ada akumulasi produksi dari periode Januari-September sebesar 28,48 juta ton, sedangkan konsumsi pada periode sama di 22,12 juta ton. Sehingga panen bulan sebelumnya bisa ditarik untuk penuhi bulan-bulan tersebut.

Maka dengan perhitungan tersebut, produksi beras tahun ini akan sebesar 32,42 juta ton dan konsumsi sebesar 29,57 juta ton. Alhasil, surplus produksi beras di akhir tahun bisa mencapai 2,85 juta ton.

Kemudian ditambah posisi cadangan beras impor Bulog di 1,5 juta ton, maka secara matematis akumulasi stok beras bisa mencapai 4 juta ton. Angka ini mengesampingkan pengadaan dalam negeri Bulog yang cepat bergerak karena digunakan untuk bantuan sosial rastra dan bencana alam.

Oleh karenanya, ia perkirakan harga gabah akan terus naik sampai Desember. Hal ini terlihat dari catatan di bulan Juli yang sudah menunjukkan tren naik. September sempat kecil di Rp 4.389 per kg, namun di Oktober melonjak sekitar Rp 5.000 per kg.

"Bulan depan harga beras pasti naik, kalau pemerintah tidak melakukan intervensi yang kuat, harga akan naik terus," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×