kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Volatilitas rupiah mereda, BI diperkirakan menahan bunga acuan


Rabu, 18 Juli 2018 / 18:58 WIB
Volatilitas rupiah mereda, BI diperkirakan menahan bunga acuan
ILUSTRASI. Logo Bank Indonesia (BI)


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan mengambil keputusan soal arah suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung Rabu hingga Kamis, 18 dan 19 Juli 2018. Dalam RDG kali ini, BI diprediksi bakal tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan yang saat ini sebesar 5,25%. Dalam RDG sebelumnya, 29 Juni 2018, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, setelah BI menaikkan suku bunga acuan pada RDG bulan Juni lalu, dana asing sudah mulai masuk di pasar obligasi. Ia mencatat, dana asing yang masuk sekitar US$ 375 juta per 12 Juli 2018, meskipun investor asing masih membukukan net sell sebesar US$ 91 juta di pasar saham per 17 Juli 2018.

Ia melanjutkan, volatilitas rupiah juga cenderung menurun pasca kenaikan suku bunga BI bulan lalu serta sentimen perang dagang yang mulai mereda. Sementara itu, inflasi pun diperkirakan tetap terkendali di kisaran 3,5% plus minus 1% yoy hingga akhir tahun ini, mengingat inflasi periode Idul Fitri masih terkendali di level 3,12% yoy.

“Oleh sebab itu, BI diperkirakan akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI pada RDG bulan ini di level 5,25%,” kata Josua kepada KONTAN, Rabu (18/7).

Meski begitu, ia mengatakan bahwa nilai tukar rupiah ke depannya diperkirakan masih dipengaruhi oleh sentimen eksternal, yakni perkembangan isu perang dagang yang berpotensi berdampak negatif pada prospek pertumbuhan ekonomi negara berkembang.

“Namun, dengan ekspektasi perbaikan pertumbuhan ekonomi, defisit fiskal yang prudent di kisaran 2,1%-2,2% terhadap PDB serta ekspektasi current account deficit (CAD) masih berada di level yang cenderung sehat di level 2%-2,5% terhadap PDB, nilai tukar rupiah diperkirakan akan tetap stabil,” jelasnya.

Josua bilang, seandainya rupiah kembali tertekan pun, ada perkiraan ruang pengetatan moneter BI masih terbuka. Ia melihat, kemungkinannya sekitar 25 bps lagi bunga naik  pada semester II tahun ini meski BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada semester I tahun ini.

“The Fed optimistis bahwa target jangka panjang pada indikator inflasi dan tingkat pengangguran dapat tercapai mempertimbangkan perkembangan ekonomi AS saat ini. Optimisme tersebut mendukung rencana Fed untuk kembali menaikkan Fed Fund Rate sebesar 50 bps pada semester II tahun ini,” kata Josua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×