kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Urbanisasi tinggi, ketahanan pangan terancam


Jumat, 19 Mei 2017 / 14:53 WIB
Urbanisasi tinggi, ketahanan pangan terancam


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Laju urbanisasi yang terjadi beberapa tahun terakhir makin mengkhawatirkan. Laju migrasi penduduk desa di penjuru Indonesia mencapai 4% per tahun, salah satu yang tertinggi di dunia.

Diperkirakan, pada tahun 2025, sebesar 65% penduduk desa akan berpindah ke kota. Angka ini diestimasi akan mencapai 85% pada 2050.

Salah satu penyebab laju migrasi ini adalah rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani subsisten. Petani yang memilih tetap tinggal di desa tidak memiliki banyak pilihan, baik untuk memilih bibit, pupuk, alat mesin pertanian (alsintan), hingga penjualan hasil garapannya sendiri.

Bantuan pertanian yang datang ke desa pun terkadang tidak cocok dengan kebutuhan spesifik di daerah mereka. Sementara itu, di luar musim bercocok tanam, banyak petani subsisten mencari pekerjaan ke kota untuk menambah penghasilan, namun tidak jarang setelahnya tidak kembali lagi ke desa.

Bila tidak ditanggulangi, meningkatnya angka migrasi desa ke kota akan membuat desa semakin dilupakan dan mengganggu ketahanan pangan.

Menteri Kordinator Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan pemerintah tangah melakukan sejumlah langkah untuk kemandirian desa.

Petani, menurut Darmin, harus mulai diinisiasi untuk berorientasi pada pasar.

“Dari sini, kita harus mulai bergerak untuk melakukan transformasi pada petani-petani yang awalnya hanya bersifat subsisten menjadi lebih berorientasi pada pasar,” kata Darmin Nasution dalam keterangan tertulisnya, Jumat (19/5).

Menurut Darmin, untuk melahirkan petani-petani yang berorientasi pasar, hal yang penting dilakukan adalah memberikan akses yang lebih luas kepada petani, salah satunya melalui pembangunan desa yang lebih mandiri.

“Basis utama dari desa mandiri ini adalah membangun infrastruktur pasar yang dapat mendukung peningkatan nilai tambah hasil produksi sektor pertanian. Di samping itu, dibutuhkan pula pembangunan fasilitas yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan utama petani di desa,” ujar Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×