kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tujuh catatan BI untuk ekonomi RI kuartal I 2017


Jumat, 05 Mei 2017 / 16:21 WIB
Tujuh catatan BI untuk ekonomi RI kuartal I 2017


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal pertama tahun ini 5,01% year on year (YoY). Angka itu sedikit lebih tinggi dari proyeksi Bank Indonesia (BI) yang sekitar 4,9% YoY.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, capaian tersebut cukup baik. Namun, Mirza mengatakan ada enam hal yang masih perlu menjadi perhatian.

Pertama, pertumbuhan ekonomi per pulau. Mirza bilang, pertumbuhan ekonomi pulau Sumatera yang mencapai 4,05% YoY belum terlalu baik. Sebab, pertumbuhan Sumatera tertinggi bisa mencapai 5% YoY. Walaupun kinerja kuartal pertama tahun ini lebih baik dibanding dua tahun lalu saat harga komoditas berada di titik terendah.

Kedua, pertumbuhan ekonomi Bali dan Nusa Tenggara yang sebesar 2,36% YoY, lebih rendah dibanding kuartal sebelumnya yang mencapai 4,87% YoY karena pengaruh penurunan produksi PT Amman.

Ketiga, berdasarkan lapangan usaha, sektor manufaktur di kuartal pertama tahun ini tumbuh 4,21% YoY dinilai Mirza terlalu rendah. Sebagai penyumbang utama produk domestik bruto (PDB), yaitu 20,47%, sektor ini pernah mencapai angka pertumbuhan 6%.

"Maka itu perlu reformasi struktural. Nah makanya keinginan pemerintah untuk mempermudah izin usaha itu harus signifikan," kata Mirza, Jumat (5/5).

Keempat, sektor perdagangan sebagai penyumbang terbesar ketiga PDB Indonesia hanya tumbuh 4,77% YoY. Sektor perdagangan juga sempat tumbuh hingga 6%. Oleh karena itu Mirza menilai kinerja sektor perdagangan tersebut menunjukkan permintaan rumah tangga belum pulih sepenuhnya.

Kelima, pengeluaran pemerintah yang sebesar 2,7% YoY belum terlalu besar dibanding kuartal pertama dan kedua tahun lalu, walaupun lebih baik dibanding kuartal keempat yang mencatatkan penurunan akibat pemangkasan belanja pemerintah.

"Di triwulan kedua dan ketiga (tahun ini) bisa lebih baik," tambahnya.

Keenam, ekspor dan impor tumbuh tinggi tetapi belum cukup kuat. Ketujuh, masih perlunya stabilitas politik agar tidak mengganggu investasi di dalam negeri.

"Jadi BI melihat demokrasi ini semoga tidak ganggu gairah investasi. Jadi demokrasi bisa jalan, jadi usaha bersama mempermudah izin usaha lebih jalan. Karena jika mau tenaga kerja lebih terserap maka harus bersama-sama," kata Mirza.

Meski demikian, Mirza masih mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini di kisaran 5%-5,4% YoY.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×