Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Outlook pertumbuhan ekonomi pada 2024 dari sejumlah mitra dagang utama Indonesia masih berisiko melambat. Hal ini dikhawatirkan bisa memengaruhi harga komoditas global.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pertumbuhan ekonomi negara maju terancam menurun karena adanya pengetatan moneter yang agresif dan isu struktural seperti ageing population.
“Realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2023 di banyak negara cenderung flat atau sedikit melemah. Jerman, Inggris, India, juga relatif flat dan harus kita waspadai. Sebab negara yang menjadi mitra dagang kita juga harus diperhatikan,” tutur Suahasil saat melakukan rapat kerja bersama komisi XI DPR RI, Selasa (5/6).
Baca Juga: Indonesia Masuk dalam Jajaran 10 Negara Terkaya Asia, Kalahkan Arab Saudi & Iran
Suahasil mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi mitra dagang Indonesia tersebut berisiko merembet hingga 2024. Dia mencontohkan, outlook pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat berpotensi terus menurun hingga 2024 yakni dari 1,6% pada 2023 menjadi 1,1% pada 2024.
Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan semakin melambat dari 2023 sebesar 1,3% menjadi 1% pada 2024. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga akan melambat dari 5,2% pada 2022 menjadi 4,5% pada 2024.
Perlambatan ekonomi di Tiongkok ini dihadapkan pada tensi geopolitik yang masih berlangsung, tekanan di sektor properti, dan ageing population.
Berdasarkan data Bank Dunia pada April 2023, memproyeksikan beberapa harga komoditas global yang diperkirakan menurun pada 2024.
Di antaranya, harga minyak brent relatif flat dari US$ 84 per barel pada 2023, diperkirakan menjadi US$ 86 per barel pada 2024.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik, Fokus Pasar Tertuju Pada Rencana Pemangkasan Produksi OPEC