kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tekanan utama rupiah masih dari faktor eksternal


Rabu, 24 Oktober 2018 / 13:58 WIB
Tekanan utama rupiah masih dari faktor eksternal
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai keputusan rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan BI-7 Day RR di level 5,75%, para ekonom tak melihat pengaruhnya terhadap pergerakan rupiah.

Eric Sugandi, ekonom Asian Development Bank Institute, mengatakan tantangan terhadap rupiah pada tahun ini hingga 2019 masih berdasar faktor eksternal meskipun ada pengaruh domestik.

"Tekanan utama terhadap rupiah memang masih dari faktor eksternal," ungkap Eric kepada Kontan.co.id, Rabi (24/10).

Adapun secara rinci tekanan tersebut karena great rotation. Saat ini merupakan masa panen laba bagi investor global dari emerging markets setelah investasi sejak 2008.

"Kinerja ekonomi AS yg baik memperkuat aliran outflows dari emerging markets dari Indonesia. Di Indonesia, outflows terbesar dari saham," jelasnya.

Selain itu normalisasi suku bunga Amerika Serikat (AS) menyusul pulihnya ekonomi AS pasca reses 2009. Sehingga para investor berbondong-bondong ke AS.

Resiko lainnya seperti sentien negatif pelaku pasar finansial global terhadap kondisi ekonomi emerging market yang menular, dan eskalasi perang dagang AS-China.

Selain itu kenaikan harga minyak dunia menyebabkan persepsi para pelaku pasar bahwa CAD Indonesia beresiko membesar sehingga mempengaruhi daya topang fundamen perekonomian Indonesia terhadap rupiah.

Sedangkan faktor domestik, Eric mengatakan pemasalahannya terletak pada transaksi neraca berjalan yang defisit, kepemilikan asing yang signifikan di saham dan SBN sehingga rupiah rentan terhadap outflows. Juga likuiditas valas yang mengetat dan terkonsentrasi di bank-bank besar.

"Banyak juga peruahaan yang tidak fully hedge fx exposures," jelas Eric.

Sampai FOMC meeting di 18-19 Desember 2018, rupiah dan mata uang emerging markets masih akan berada dalam tekanan. Ini karena para pelaku pasar finansial global menunggu realisasi kenaikan US FFR sampai akhir tahun. Namun tekanan ini sifatnya akan timbul tenggelam, tergantung persepsi dan sentimen pelaku pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×