kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Tatanan Dunia Berubah, Tantangan Bagi Pemerintah Baru Indonesia, Ini Kata Ray Dalio


Jumat, 06 September 2024 / 13:27 WIB
Tatanan Dunia Berubah, Tantangan Bagi Pemerintah Baru Indonesia, Ini Kata Ray Dalio
ILUSTRASI. Lanskap pusat kota Jakarta, Rabu (26/6/2024). Indonesia berada di posisi ke-27 negara berdaya saing dari 67 negara di dunia, berdasar hasil riset Institute for Management Development. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Sumber: Kompas.id | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tatanan dunia yang tengah berubah merupakan tantangan besar bagi pemerintah di seluruh dunia. Sejumlah faktor menjadi penyebab, mulai dari rivalitas blok, polarisasi politik, perubahan iklim, hingga perkembangan teknologi.

Miliarder sekaligus investor kawakan, Ray Dalio, dalam Forum Indonesia Afrika II pekan ini mengatakan, tatanan duniai sedang bergeser karena sejumlah faktor. Faktor terbesar, antara lain, rivalitas antarblok dan masalah keuangan internal negara. "Kita harus berpikir bagaimana kita mendekati perubahan itu bersama-sama, karena itu akan menjadi kekuatan besar dunia,” katanya forum tersebut, dikutip dari Kompas.id.

Pendiri Bridgewater Associates, salah satu firma investasi terbesar dunia dan orang paling tajir ke-124 di dunia itu mengatakan, Indonesia mempunyai potensi besar untuk bisa bisa terus berkembang sebagai kekuatan baru di dunia. Kunci utamanya, peningkatan produktivitas bangsa, dan salah satu carayang harus ditempuh adalah melakukan investasi di sektor pendidikan.

“Presiden Indonesia terpilih berada di negara yang memiliki potensi besar. Dalam hal pembentukan modal dan pendidikan dan sebagainya. Ia memiliki uang dan kemauan untuk berinvestasi dengan baik, untuk meningkatkan produktivitas dengan berbagai cara,” kata Ray, dalam keterangannya, Rabu (4/9).

Baca Juga: Dukung Pembangunan Global, Indonesia Gelar HLF MSP 2024 di Bali 

Indonesia bisa belajar dari apa yang dilakukan Deng Xiaoping di China di tahun 1980-an. Ketika itu, Deng melakukan kebijakan pintu terbuka dan reformasi. Dua hal itu bisa menciptakan modal dan juga ide-ide baru dan modal tersebut bisa digunakan untuk investasi di pendidikan.

Indonesia bisa menciptakan zona ekonomi khusus yang dapat menjadi laboratorium untuk eksperimen reformasi dan pengembangan ekonomi. Reformasi ini termasuk perubahan dalam sistem hukum dan kebijakan ekonomi untuk menarik investasi dan meningkatkan produktivitas.

Mereformasi sebuah negara secara keseluruhan, seperti yang dilakukan oleh Deng Xiaoping di Cina dan Nahrendra Modi di India, lebih menantang. "Setiap negara yang sukses bermuara pada dua hal itu yaitu reformasi dan meritokrasi. Anda membawa pengetahuan dan talenta asing serta modal asing, dan Anda berinvestasi untuk melakukan reformasi tersebut,” jelas Ray.

Menurut Ray, presiden yang baru juga harus bisa menciptakan lingkungan yang memungkinkan adanya produktivitas. Sepertinya ini tantangan bagi pemerintahan Prabowo Subianto mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×