Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) siap menurunkan tarif listrik lagi di Februari 2016.
Direktur Utama PLN, Sofyan Basir mengatakan dengan menurunnya harga minyak dunia maka tarif listrik pun akan mengikutinya.
Apalagi sepanjang Januari 2016 harga minyak terus tertekan dan berada di kisaran harga US$ 29 per barel.
"Kan beberapa tarif itu hampir sebagian adalah tarif nonsubsidi iyang merupakan tarif penyesuaian. Penyesuaian tarif berdasarkan kurs dollar AS, inflasi, dan BBM. Jadi karena BBM turun atau inflasi turun bersamaan, pasti tarif akan mengalami penurunan,"jelas Sofyan pada KONTAN Minggu (24/1).
PLN telah melakukan penyesuaian tarif dan telah menurunkan tarif listrik pada awal Januari 2016 lalu.
"Kalau memang turun lagi kami akan lakukan penyesuaian kembali. Kami konsekuen dengan kebijakan peraturan yang sudah ada,"ujar Sofyan.
Sofyan belum bisa memastikan besaran penurunan tarif listrik yang kemungkina besar dilakukan pada Februari mendatang.
Tak beralih
Namun, meskipun harga minyak semakin murah, PLN tidak langsungĀ beralih menggunakan energi dari BBM.
Kepala Divisi Pengadaan BBM dan GasPLN, Chairani Rachmatullah bilang harga BBM saat ini masih belum bisa bersaing dengan harga gas.
Menurutnya, total biaya produksi dalam penggunaan energi baik gas maupun BBM juga mempertimbangkan biaya pemeliharaan dimana energi dari BBM membuat pemeliharaan lebih sering ketimbang menggunakan gas.
Chairani pun menyebut jika harga BBM mencapai dibawah Rp 3.000 per liter kemungkinan besar PLN akan beralih kembali menggunakan BBM sebagai energi untuk pembangkit listrik.
"Ketika harga di bawah Rp 3.000 per liter di Pembangkit. Harga tersebut tentunya sudah termasuk PPN dan ongkos angkut dari Depo Minyak ke Lokasi Pembangkit,"kata Chairani pada KONTAN Minggu (24/1).
Seperti diketahui, hingga akhir 2015 PLN menggunakan energi dari batubara mencapai 55,4%.
Sementara porsi gas sebesar 24,8%, BBM sebesar 8,7%, dan energi dari air dan panas bumi mencapai 11%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News