Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menargetkan rasio penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Transaction (LCT) sebesar 10% pada 2024 dan 2025.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), Banjaran Surya Indrastomo, menilai, target rasio 10% tersebut bisa mengurangi volatilitas rupiah, juga menahan adanya pelemahan tajam rupiah.
Banjaran menyebut, sebenarnya ide adanya dorongan penggunaan mata uang lokal bukan untuk mengurangi ketergantungan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Rasio Pengunaan Mata Uang Lokal (LCT) Ditargetkan Capai 10% pada 2024 dan 2025
“Tetapi lebih ke mitigasi pelemahan rupiah, terutama karena negara kita secara natural terekspos currency risk akibat dari defisit anggaran,” tutur Banjaran kepada Kontan, (1/9).
Ia menambahkan, kebijakan mendorong penggunaan mata uang lokal untuk meminimalisir risiko tekanan rupiah saat terjadinya defisit neraca perdagangan.
Sebelumnya, Ferry Irawan, menyampaikan, target 10% tersebut akan didorong melalui sinergi lintas sektor dan akselerasi program.
Adapun ia mencatat, capaian LCT sejak penandatanganan nota kesepahaman (NK) pada 5 September 2023 telah meningkat signifikan. Hingga semester I tahun 2024, rasio transaksi LCT mencapai 7,89% dari total transaksi perdagangan dengan empat negara mitra utama.
Baca Juga: BI Perkuat Kerja Sama LCT dengan Bank Sentral Korea
“Ke depannya, pemerintah berharap untuk terus memperluas implementasi LCT, baik dengan negara-negara mitra yang sudah berjalan seperti Thailand, Malaysia, Jepang, dan Tiongkok, maupun dengan empat mitra baru seperti Singapura, Korea Selatan, India, dan Uni Emirat Arab,” tutur Ferry kepada Kontan, Jumat (30/8).
Ferry menambahkan, untuk mendorong penggunaan mata uang lokal, pemerintah juga akan melakukan sosialisasi yang intensif kepada pelaku usaha, baik pelaku ekspor-impor maupun investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News