kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.430.000   -10.000   -0,69%
  • USD/IDR 15.243   97,00   0,63%
  • IDX 7.905   76,26   0,97%
  • KOMPAS100 1.208   12,11   1,01%
  • LQ45 980   9,43   0,97%
  • ISSI 230   1,69   0,74%
  • IDX30 500   4,71   0,95%
  • IDXHIDIV20 602   4,65   0,78%
  • IDX80 137   1,32   0,97%
  • IDXV30 141   0,53   0,38%
  • IDXQ30 167   1,08   0,65%

Survei: Dukungan pada Jokowi lebih besar pada PDIP


Jumat, 04 April 2014 / 13:03 WIB
Survei: Dukungan pada Jokowi lebih besar pada PDIP
ILUSTRASI. Who Are You: School 2015, salah satu drama Korea yang menampilkan kisah kenakalan remaja berlatar kehidupan di sekolah Korea.


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Menjelang Pemilihan Umum yang tersisa beberapa hari lagi, Lembaga INDIKATOR Politik Indonesia meluncurkan hasil temuan dua survei nasional "Efek Kampanye dan Efek Jokowi: Elektabilitas Partai Jelang Pemilu Legislatif 2014" di Hotel Sari Pan Pacific (4/4).

Menurut hasil temuan INDIKATOR yang bekerjasama dengan Majalah Tempo, selama tiga kali pemilu partisipasi masyarakat kian merosot. Hal ini semakin memperkuat posisi partai politik di Indonesia yang cenderung tidak stabil.

Menurut Burhanuddin Muhtadi, direktur eksekutif INDIKATOR, survei ini dilakukan dalam dua periode yakni sebelum dan sesudah pencapresan Jokowi, yakni 28 Februari - 10 Maret 2014 dilanjutkan dengan 18 - 24 Maret 2014.

Menurut hasil survei tersebut, suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pernah mencapai titik terendah sejak Desember 2013. Namun pada saat penetapan Jokowi sebagai capres, elektabilitas PDIP cenderung meningkat.

Uniknya, hasil survei ini menyimpulkan dukungan terhadap Jokowi sejak Oktober 2013 selalu diatas PDIP, Jokowi nampak besar dibandingkan partainya. Meskipun begitu, Burhanuddin Muhtadi menegaskan dominasi tersebut tak lantas mengindikasikan pencapresan Gubernur Provinsi DKI Jakarta ini akan mempengaruhi hasil Pemilu Legislatif.

Terkait ketokohan Jokowi yang mendongkrak PDIP dinilai berbeda dengan efek ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2009 lalu. Burhanuddin menilai kasus Jokowi sekarang lebih "apple to apple" dibandingkan 2004. Sehingga Burhanuddin yakin bahwasanya efek Jokowi terhadap PDIP saat ini tidak setinggi yang diasumsikan banyak pihak. Burhanuddin menilai Jokowi sebagai isu elektoral belum difungsikan secara maksimal oleh PDIP.

"Ya meskipun harus diakui kekuatan SBY tahun 2009 masih lebih kuat dibandingkan euforia Jokowi sekarang. Kalau dibandingkan, secara elektoral SBY di 2009 masih jauh lebih kuat dibandingkan Jokowi sekarang," ujar Burhan.

Menurut Marwan Jafar, Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menanggapi hasil survei tersebut sebagai evaluasi bagi partainya.

"Ya, saya menyambut baik hasil survei ini, meskipun saya bukan tipikal orang yang mempercayai survei. Setidaknya hasil temuan ini seperti hasil diagnosa dokter atas penyakit yang tengah dialami partai politik," ujarnya dalam diskusi hasil survei tersebut.

Marwan Jafar sependapat dengan Burhanuddin Muhtadi,bahwa efek Jokowi tidak berkorelasi langsung dengan hasil pemilu legislatif. Hal ini mengingat setiap daerah sudah memiliki massa-nya sendiri, sudah punya tokohnya sendiri. Adapun formula yang tepat bagi partai untuk memenangkan pemilu legislatif dan pemilu presiden adalah dengan mengerahkan kreatifitas semua golongan, khususnya anak-anak muda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×