Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 diperkirakan berlanjut menyusut, didorong oleh normalisasi harga komoditas, meningkatnya kekhawatiran perang dagang, dan pelemahan ekonomi global.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, surplus perdagangan Indonesia akan mencapai US$ 1,76 miliar pada Januari 2025, menurun dari surplus bulan sebelumnya yang mencapai US$ 2,24 miliar.
Menyusutnya neraca perdagangan tersebut disebabkan, pertumbuhan ekspor secara bulanan di Januari 2025 yang diproyeksikan menurun, dipengaruhi oleh melemahnya permintaan eksternal.
Ekspor Indonesia diperkirakan diproyeksikan turun 7,42% month to month (MtM), sejalan dengan tren historis di setiap awal tahun. Menurunnya ekspor ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang turun 2,24% MtM.
Baca Juga: Harga Batubara Tertekan, Surplus Neraca Perdagangan Januari 2025 Diramal Merosot
Sedangkan secara tahunan diperkirakan tumbuh 5,99% year on year (YoY), naik dari 4,78% YoY pada Desember 2024.
“Kontraksi ini lebih lanjut didorong oleh melemahnya permintaan eksternal, terutama dari China, yang mana indikator ekonomi menunjukkan sinyal perlambatan yang berkelanjutan. Selain itu, harga komoditas global terus mengalami normalisasi,” tutur Josua kepada Kontan, Minggu (16/2).
Sementara itu, kinerja impor pada Januari 2025 diperkirakan akan melampaui ekspor, didorong oleh permintaan domestik yang kuat. Josua memperkirakan, impor tahunan Indonesia diproyeksikan mencapai 7,92% YoY pada Januari 2025, namun turun dari 11,07% YoY pada Desember 2024.
Secara bulanan, impor diperkirakan akan turun 5,85% MtM, kontraksi yang lebih kecil dari ekspor. Akan tetapi, impor terlihat turun bila dibandingkan Desember 2024 yang tercatat naik 8,10% MtM.
Baca Juga: Cermati Sentimen yang Menyeret Koreksi IHSG 1,54% di Pekan Ini
Kinerja impor pada Januari ini, sejalan dengan tren awal tahun pada umumnya, namun diperlemah oleh permintaan domestik yang kuat.
Lebih lanjut, Josua mencatat, Baltic Dry Index (BDI) menunjukkan tren penurunan yang signifikan di bulan Januari 2025, yang mengindikasikan perlambatan perdagangan global dan berkurangnya permintaan untuk pengiriman bahan baku. Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai risiko Perang Dagang 2.0 dan perlambatan global.
Adapun BDI merupakan indikator biaya pengiriman yang menunjukkan aktivitas ekonomi dan perdagangan global.
Selanjutnya: Otoritas Pajak Hadapi Tantangan Baru akibat Efisiensi Anggaran
Menarik Dibaca: FISIP UI Night Run 2025: Gabungan Olahraga, Hiburan, dan Kegiatan Sosial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News