kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

SUN valas untuk instrumen alternatif eksportir


Kamis, 28 November 2013 / 22:43 WIB
SUN valas untuk instrumen alternatif eksportir
ILUSTRASI. Pecalang di area Monumen Kapten Anumerta Ida Bagus Putu Japa di wilayah Desa Sumerta Kelod, Denpasar, Bali, Kamis (3/3/2022). Cuaca besok di Jawa dan Bali cerah berawan hingga hujan sedang, menurut prakiraan BMKG. ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi valuta asing (valas) yang dikeluarkan pemerintah baru-baru ini bisa menjadi alternatif bagi eksportir untuk menyimpan valasnya di dalam negeri. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi A. Johansyah bilang, selama ini, absennya instrumen valas di dalam negeri memaksa masyarakat untuk menempatkan dana berbentuk valas di luar negeri.

Dengan adanya SUN valas ini, dana lebih baik dibelikan SUN valas daripada dijual di luar negeri. "Ini instrumen alternatif untuk menempatkan dana. Semakin besar volume semakin bagus. Mengurangi orang menyimpan di luar negeri," ujar Difi di Gedung BI, Jakarta, Kamis (28/11).

Difi menambahkan, SUN Valas juga dapat menjadi alternatif bagi bank, dana pensiun, reksadana dan asuransi untuk menempatkan valasnya. Ia menjelaskan, sebelumnya bank yang memiliki valas menggunakan valasnya untuk kredit dan menempatkan di antar bank. Itu sebabnya bank-bank yang memiliki kelebihan valas menyimpan valas tersebut di luar negeri.

"Kalau semakin besar sangat membantu kinerja perbaikan valas dalam negeri. Membantu dolar AS tidak ke luar negeri," jelasnya.

Sebagai catatan, dalam lelang perdana SUN valas bertenor 3 tahun pada 25 November lalu, pemerintah menawarkan pagu indikatif lelang sebesar US$ 450 juta. Namun, pemerintah hanya melepaskan US$ 190 juta dengan imbal hasil rata-rata tertimbang 3,52%, tertinggi 3,8%. Tingkat kupon yang diberikan ialah 3,5%.

Difi mengatakan penerbitan pertama memang tidak mencapai target. Hal tersebut disebabkan investor masih melihat kondisi di pasar sekunder. Tenor yang ditawarkan juga belum beragam. Ia mengatakan semakin banyak variasi tenor semakin baik.

"Investor juga lebih mempertimbangkan kebutuhan dolar jangka pendek untuk akhir tahun," kata Difi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×