kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global


Kamis, 18 Maret 2021 / 21:13 WIB
Strategi BI menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global
ILUSTRASI. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan konferensi pers melalui fasilitas live streaming di Jakarta, Selasa (7/4/2020).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan berupaya keras dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Apalagi, di tengah meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global, nilai tukar rupiah nampak melemah dalam beberapa waktu. 

Sebelumnya, per 17 Maret 2021, nilai tukar rupiah melemah 2,20% secara rerata dan 1,16% secara point to point dibandingkan dengan level Februari 2021. Dengan perkembangan tersebut, berarti dari akhir tahun 2020 hingga pertengahan bulan ini, rupiah mencatat depresiasi sekitar 2,62% year to date (ytd). 

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengatakan, gonjang-ganjing nilai tukar rupiah ini disebabkan oleh peningkatan yield US Treasury dari 1,35% menjadi 1,61%. Pun seluruh dunia mengalami kenaikan yield di surat berharga mereka. Tak hanya itu, peningkatan yield dibarengi dengan makin perkasanya dolar Amerika Serikat (AS). 

“Namun, ini tak menyurutkan semangat Bank Indonesia bersama dengan Kementerian Keuangan untuk menjaga bersama stabilitas nilai tukar rupiah dan stabilitas pasar Surat Berharga Negara (SBN),” ujar Perry, Kamis (18/3).

Baca Juga: Rupiah diperkirakan akan diliputi sentimen tarik-menarik pada Jumat (19/3)

Perry membeberkan langkah apa saja yang telah dilakukan oleh bank sentral. Pertama, bank sentral menjual devisa. Kedua, BI melakukan intervensi di pasar spot dan intervensi Domestic Non Deliverable Forward (DNDF). 

Ketiga, BI melakukan pembelian SBN di pasar sekunder sebanyak Rp 8,5 triliun dari Rp 19,6 triliun yang dijual oleh investor asing. 

Keempat, dalam hal koordinasi dengan Kementerian Keuangan, pemerintah ikut menjaga stabilitas pasar SBN dalam bentuk menurunkan target lelang supaya kenaikan yield tidak terlalu tinggi. 

Selanjutnya, sesuai dengan kesepakatan antara otoritas moneter dan otoritas fiskal, bila pasar tidak menyerap, maka BI bisa membeli SBN di pasar perdana dengan mekanisme Non Competitive Bidder dan Green Shoe Option. 

Dalam hal ini, hingga 16 Maret 2021, BI telah membeli SBN di pasar perdana sebesar Rp 65,03 triliun yang terdiri dari Rp 22,9 triliun lewat mekanisme lelang utama dan Rp 42,13 triliun lewat mekanisme Green Shoe Option. 

Selanjutnya: Pidato The Fed mengakhiri pelemahan kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×