kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Stop bayar pajak, ekonomi Indonesia bisa terhenti


Senin, 17 September 2012 / 07:09 WIB
Stop bayar pajak, ekonomi Indonesia bisa terhenti
ILUSTRASI. Dark chocolate atau cokelat hitam yang disinyalir mampu menurunkan kadar kolesterol tubuh.


Reporter: Agus Triyono | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Wacana boikot pembayaran pajak yang disuarakan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Musyawarah Nasional dan Konfrensi Besar NU di Pondok Pesantren Kempek, Cirebon, akhir pekan lalu, bisa membahayakan dan bahkan menghancurkan Indonesia.

Darussalam, pengamat perpajakan dari Universitas Indonesia, berpendapat, kalau rencana boikot itu jadi dilaksanakan oleh warga Nahdliyin, pengikut NU, bukan tidak mungkin separo "nyawa" negara kita hilang. Sebab, lebih dari 70% pendapatan negara berasal dari pajak.

Contoh, dalam RAPBN 2013, total penerimaan negara kita mencapai Rp 1.507, 7 triliun. Sebanyak Rp 1.178,9 triliun atau sekitar 80% di antaranya berasal dari pemasukan sektor perpajakan.

"Jadi memang, pajak adalah urat nadi bangsa, kalau itu diputus, Indonesia akan hancur," tegas Darussalam kemarin. Kalau PBNU ingin memperbaiki pengelolaan pajak dan pemanfaatannya untuk kepentingan rakyat, mereka bisa memfokuskan diri pada penggunaan pajak, bukan memboikot pembayarannya. Soalnya, pada posisi pemakaian dana hasil penerimaan pajak itulah yang sebenarnya rawan penyelewengan.

"Penggunaan pajak, kan, didistribusikan ke kementerian dan lembaga, fokuskan saja perhatian dengan mengawasi penggunaan pajak di kementerian dan lembaga itu, jangan ke pemboikotan pembayarannya," ujar Darussalam.

Pendapat senada diungkapkan Harry Azhar Azis, Wakil Ketua Komisi Keuangan (XI) DPR. Politikus Partai Golkar ini meminta PBNU bijak mengambil keputusan terkait rencana pemboikotan itu. Pasalnya, rencana ini justru akan merugikan rakyat dan juga seluruh bangsa kita. Apalagi, kalau wacana boikot tersebut sudah menjadi keputusan resmi dari PBNU.

"Kalau ini dilakukan, berarti mereka sama saja ingin membubarkan negara, karena sebagian besar sumber pendapatan negara bersumber dari pajak," kata Harry. Tapi, ancaman pemboikotan ini seharusnya menjadi bahan introspeksi pemerintah maupun DPR dalam mengalokasikan anggaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×