CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sri Mulyani: Pandemi Covid-19 jika tidak segera diatasi akan jadi luka yang panjang


Rabu, 17 November 2021 / 13:22 WIB
Sri Mulyani: Pandemi Covid-19 jika tidak segera diatasi akan jadi luka yang panjang
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pandemi Covid-19 jika tidak segera diatasi akan jadi luka yang panjang.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pandemi Covid-19 yang tidak segera ditangani, akan menjadi luka yang sangat panjang. Luka itu bisa menghambat pemulihan sektor swasta dan juga beriimbas jangka panjang terhadap keuangan publik.

Luka tersebut juga sangat berdampak pada sektor riil dan finansial, sehingga pada akhirnya menghambat progres menuju pemulihan dan pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan resilien.

"Untuk mengatasi masalah-masalah ini, semua negara mengambil langkah kebijakan yang luar biasa. Termasuk yang terpenting adalah kebijakan fiskal di Indonesia melalui APBN, kebijakan moneter, juga kebijakan dan aturan sektor finansial,” ujar Sri Mulyani dalam Opening Ceremony AICIF 2021, The 9th ASEAN Universities International Conference on Islamic Finance secara virtual pada Rabu (17/11).

Baca Juga: Realisasi belanja negara hingga Oktober 2021 mencapai Rp 2.058,9 triliun

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah telah mengukur-ngukur kebijakan apa saja yang akan dikeluarkan, termasuk kebijakan fiskal yang paling penting, kebijakan moneter dan kebijakan dan regulasi sektor keuangan pada tahun 2020.

Secara global, kata Sri Mulyani, pemerintah di dunia menggelontorkan stimulus fiskal untuk kesehatan, perlindungan sosial dan untuk mendukung bisnis mencapai sekitar US$ 12 triliun.

Sementara untuk di di sektor moneter, bank-bank sentral dunia juga telah mengimplementasikan kebijakan quantitative easing hingga US$  7,5 triliun, yang bertujuan untuk mendukung pemulihan ekonomi.

“Selain itu penting juga untuk kita semua memastikan negara-negara lain pulih bersama dan pulih lebih kuat dengan mengatasi masalah ketidakseimbangan ini,” ujar Sri Mulyani. 

Selanjutnya: Ketika Sri Mulyani was-was kasus Covid-19 bakal meningkat saat libur akhir tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×