kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sri Mulyani: Cryptocurrency dan masa depan pekerjaan dibahas di G20


Kamis, 22 Maret 2018 / 11:29 WIB
Sri Mulyani: Cryptocurrency dan masa depan pekerjaan dibahas di G20
ILUSTRASI. Menkeu Sri Mulyani


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Stabilitas sektor keuangan dan crypto asset atau cryptocurrency menjadi salah satu pembahasan utama pada pertemuan para pemimpin keuangan G20 di Buenos Aires, Argentina.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, teknologi yang menjadi dasar mata uang virtual memang memiliki keunggulan dalam kecepatan dan efisiensi dalam sistem pembayaran dan proses kredit.

Namun demikian, menurut Sri Mulyani, cryptocurrency bukan mata uang yang berguna sebagai penyimpan nilai (store of value) dan medium transaksi.

“Karena sifatnya yang sangat labil (volatile) dan diterima sebagai alat transaksi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/3).

Ia mengatakan, meskipun saat ini cryptocurrency belum mengancam stabilitas sektor keuangan di berbagai negara, tetapi harus tetap diwaspadai. Terutama kemungkinan disalahgunakan untuk kegiatan kriminal, pendanaan terorisme, dan pencucian uang.

"G20 meminta agar FSB (Financial Stability Board) melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kehadiran crypto asset, dengan fokus bagaimana tetap dapat memanfaatkan keunggulan teknologi yang mendasarinya, namun dapat mencegah risiko dengan melindungi konsumen," ujarnya.

“Bank Indonesia (BI) telah mengeluarkan aturan mengenai cryptocurrency yang sesuai dengan tujuan melindungi konsumen dan mencegah penggunaan cryptocurrency sebagai alat kriminal,” lanjutnya.

Selain digitalisasi di sektor keuangan, G20 juga membahas mengenai "the future of work”, yakni peran teknologi dan inovasi dalam meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan yang juga dapat menciptakan disrupsi dan menghancurkan lapangan kerja melalui otomatisasi dan robotisasi.

“Untuk menghadapi perubahan tersebut negara perlu melakukan invetasi sumber daya manusia melalui program pendidikan dan Vokasi yang harus disesuaikan dengan kebutuhan masa depan,” ujarnya.

Adapun sistem jaminan sosial yang menunjang fleksibilitas dan mobilitas tenaga kerja perlu dibangun.

“Indonesia telah menyadari arah perubahan ini dan terus menyusun perbaikan dalam program pendidikan dan vokasi agar sesuai dengan arah perubahan teknologi dan lapangan kerja,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×