Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) menyebut produksi beras dalam negeri pada tahun ini mencukupi untuk kebutuhan seluruh masyarakat Indonesia saat ini. Dengan begitu, pemerintah tak perlu melakukan impor beras.
Apalagi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, El-Nino atau kemarau ekstrem di Indonesia akan berakhir pada Februari 2024.
"Mengacu informasi ini mestinya tidak berdampak pada produksi, bahkan kalau dibandingkan tahun 2023, kemungkinan ada peningkatan produksi tahun ini," kata Kepala Pusat Pengkajian dan Penerapan Agroekologi (P3A) Serikat Petani Indonesia (SPI), Muhammad Qomarun Najmi pada Kontan.co.id, Minggu (28/1).
Qomarun mengatakan, tanpa impor sebetulnya pemerintah bisa memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP) untuk stabilisasi harga beras dari produksi petani saat ini.
Baca Juga: Harga Pangan Hari Ini: Beras, Telur Hingga Daging Naik
Hanya saja, petani mensyaratkan agar pemerintah menaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp 7.000/kg dari semula Rp 5.000/kg.
Hal ini mempertimbangkan adanya kenaikan biaya produksi termasuk pupuk di pasaran. "Dengan harga HPP Rp 7.000/kg, petani sudah mendapatkan untung antara 10%-15%," jelas Qomarun.
Tahun ini, pemerintah telah menugaskan Bulog untuk kembali melakukan impor sebanyak 2 juta ton.
Namun, Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menyebut, impor beras tahun 2024 ini diprediksi bisa lebih 2 juta ton. "Sudah di bicarakan kemungkinan lebih dari 2 juta ton (impor beras)," kata Bayu dalam konferensi pers di kantornya, Jum'at (12/1).
Penugasan impor ini, kata Bayu, dilakukan untuk memenuhi cadangan beras pemerintah (CBP). Tujuannya untuk melakukan intervensi harga jika sewaktu-waktu harga beras sedang tinggi.
Khusus untuk penugasan 2024 ini, Bulog belum melakukan realisasi impor beras. Bayu menegaskan Bulog masih merampungkan penugasan 500.000 ton sisa impor tahun lalu yang diperpanjang sampai awal tahun ini.
"500.000 ton impor ini diselesaikan tahun ini sumbernya dari Vietnam, Thailand, Myanmar, Pakistan," jelas Bayu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News