Reporter: Widyasari Ginting | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Maraknya penyelundupan solar bersubsidi dituding jadi biang keladi cepat habisnya kuota solar bersubsidi. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo. Menurutnya banyak solar bersubsidi disalahgunakan pemakaiannya atau diselundupkan.
"Saya tanya ke Pertamina daerah mana saja yang rawan penyelundupan? Katanya Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Jambi dan Riau," ujar Susilo, Selasa (5/8).
Kata dia, wilayah-wilayah yang rawan penyelundupan merupakan daerah yang dekat dengan wilayah pertambangan.
Agar pasokan solar bersubsidi mencukupi hingga akhir tahun, itu sebabnya pemerintah membatasi jam penjualan solardi SPBU yang berada di daerah-daerah yang rawan kebocoran tadi. Seperti diketahui bahwa pemerintah membatasi penjualan solar mulai dari jam 06.00 - 08.00.
Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero), Hanung Budya menambahkan, pembatasan tersebut dilakukan terhadap 12% dari total SPBU yang mencapai 4.570 unit. Menurutnya, untuk wilayah Jawa dan Bali, hanya 5% yang terkena aturan pembatasan penjualan solar bersubsidi.
Selain pembatasan jam penjualan, pemerintah juga akan memfokuskan pemasangan Radio Frequency Identification (RFID) untuk truk - truk yang berada di daerah rawan kebocoran solar bersubisdi.
Seperti diberitakan sebelumnya, realisasi konsumsi solar bersubsidi sampai pertengahan Juli lalu sudah mencapai 9,18 juta kiloliter (Kl) atau sekitar 60% dari kuota dalam APBN-P 2014 yang dialokasikan kepada PT Pertamina (Persero) sebesar 15,13 juta Kl. Dengan sisa kuota tersebut, diperkirakan akan habis dalam tiga bulan ke depan atau pada November.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News