kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal Netflix, KPPU putuskan Telkom tak terbukti melanggar persaingan usaha


Jumat, 30 April 2021 / 07:03 WIB
Soal Netflix, KPPU putuskan Telkom tak terbukti melanggar persaingan usaha
ILUSTRASI. KPPU memutuskan bahwa Telkom dan Telkomsel tidak terbukti melanggar larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) memutuskan bahwa PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk dan PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) tidak terbukti melanggar Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Hal ini terkait dugaan praktik diskriminasi Telkom Indonesia dan Telkomsel terhadap Netflix terkait penyediaan layanan akses internet provider. Kesimpulan tersebut disampaikan dalam Sidang Majelis Pembacaan Putusan yang dilakukan di Kantor Pusat KPPU dan secara daring pada 29 April 2021.

KPPU mengatakan, perkara tersebut berawal dari penelitian inisiatif seiring dengan temuan yang mengemuka di publik terkait pemblokiran akses pelanggan berbagai jaringan yang dimiliki Telkom Indonesia dan Telkomsel dalam mengakses konten Netflix sejak tahun 2016 hingga akhir 2018.

Temuan tersebut dilanjutkan ke tahapan penyelidikan dan persidangan dengan Nomor Perkara No. 08/KPPU-I/2020 tentang Dugaan Praktek Diskriminasi PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk dan PT Telekomunikasi Seluler terhadap Netflix terkait Penyediaan Layanan Akses Internet Provider.

Baca Juga: KPPU gandeng kedutaan Jepang, tingkatkan kepatuhan dan pengawasan kemitraan

Pada proses persidangan, Majelis Komisi menemukan bahwa memang telah terjadi perilaku pemblokiran atau penutupan akses internet untuk layanan Netflix oleh para terlapor. Telkom melakukan pemblokiran di jaringan tetap (fixed broadband) dan Telkomsel melakukan pemblokiran pada jaringan bergerak (mobile broadband).

Dalam hal tersebut, Majelis Komisi menyimpulkan bahwa telah terjadi perlakuan berbeda atau diskriminasi oleh para Terlapor antara Netflix dengan penyedia Subscription Based Video On Demand (SVOD) lain. "Namun demikian, Majelis Komisi juga menemukan bahwa pemblokiran tersebut tidak mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat," ujar Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Kerja Sama KPPU, Deswin Nur, dalam keterangannya, Jumat (30/4).

Hal ini mengingat ditemukannya berbagai bukti. Antara lain bahwa, tindakan tersebut dilakukan untuk menghindarkan dari kemungkinan dikenakan pelanggaran terhadap Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016, tidak adanya kerugian yang dialami Netflix, dan konsumen masih bisa memiliki pilihan untuk melihat layanan Netflix melalui penyedia lainnya.

Baca Juga: KPPU: Alokasi impor garam 3 juta ton berpotensi overestimasi

Memperhatikan berbagai fakta, penilaian, analisis, dan kesimpulan pada masa persidangan, maka Majelis Komisi memutuskan bahwa Telkom dan Telkomsel tidak terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 19 huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

Lebih lanjut, KPPU memberikan saran pertimbangan kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk membuat regulasi atau peraturan mengenai over the top. Antara lain meliputi advertising-based video on demand (AVOD), transactional video on demand (TVOD), dan subscription based video on demand (SVOD).

Hal ini mengingat hingga saat ini belum ada aturan mengenai over the top padahal menggunakan infrastruktur jaringan internet service provider (ISP) dan terus tumbuh secara signifikan. "Termasuk di dalamnya mengenai aturan pemblokiran dan situs internet bermuatan negatif, serta membuat aturan terkait hal-hal yang harus dipatuhi dalam kerja sama antara Pelaku Usaha ISP dengan Pelaku Usaha Over The Top karena selain terkait aspek privat (business to business) terdapat juga aspek publik," jelas Deswin.

Sebagai informasi, Ketua Majelis Komisi dalam Perkara tersebut adalah Kurnia Toha dengan Anggota Majelis Komisi yang terdiri dari Yudi Hidayat dan Chandra Setiawan.

Baca Juga: KPPU temukan tiga komoditas pangan yang harganya naik pada kuartal I 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×