kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sikap politik muslim Jakarta cenderung sekuler


Minggu, 16 September 2012 / 18:12 WIB
Sikap politik muslim Jakarta cenderung sekuler
ILUSTRASI. Promo Shopee Elektronik Payday Sale Juli 2021.


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sentimen agama dianggap tidak mengalahkan penilaian atas kinerja Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) dalam lima tahun terakhir. Warga muslim Ibu Kota, khususnya kelas menengah, tetap kritis pada kinerja Foke meskipun agama mereka sama dengan Foke maupun wakilnya, Nachrowi Ramli (Nara).

"Kelas menengah muslim ini cenderung sekuler dalam sikap politiknya. Jadi tidak seperti yang diduga banyak orang," kata Direktur Lembaga Survei Indonesia (LSI) Kuskridho Ambardi dalam jumpa pers di Kantor LSI di Jakarta, Minggu (16/9).

Jumpa pers itu menyampaikan hasil jajak pendapat yang digelar LSI dan Majalah Tempo selama 2-7 September 2012. Awalnya, sampel yang diambil mencapai 800 orang dengan metode stratified two stage random sampling. Namun, dari 800 sampel itu, hanya 399 orang yang bisa diwawancarai.

Ambardi menjelaskan, berdasarkan hasil survei, dukungan pemilih muslim yang berjumlah 85 persen dari total pemilih di Ibu Kota terpecah untuk pasangan Foke-Nara dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama. Sebanyak 50 persen dari total pemilih muslim mengaku akan memilih Foke-Nara dan 42 persen akan memilih Jokowi-Basuki. Sebanyak 8 persen belum bersikap. "Lima belas persen pemilih Kristen cukup solid mendukung Jokowi-Basuki," kata Ambardi.

Adapun jika dilihat berdasarkan etnis pemilih, kata Ambardi, Foke-Nara lebih unggul pada pemilih Betawi, Sunda, dan Minang. Adapun Jokowi-Basuki unggul di etnis Jawa, Tionghoa. Etnik lain, kata dia, menjadi perebutan karena kurang terwakili pada kedua pasangan itu.

Isu suku, ras, agama, dan antargolongan sempat mengemuka ketika beberapa tokoh agama mengajak umatnya untuk memilih pemimpin yang seiman. Langkah itu dinilai berbagai kalangan tidak akan berpengaruh banyak lantaran karakteristik warga Jakarta yang kritis. (Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×