Reporter: Siti Rohmatulloh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom menilai perekonomian Indonesia tetap tumbuh di level lima persenan. Pertumbuhan kredit yang melambat dan kenaikan dana pihak ketiga di perbankan tanpa adanya leading sector yang mendorong perkembangan ekonomi menjadi alasannya.
Pertumbuhan kredit saat ini melambat di sekitar 7,9%. Hingga akhir tahun pertumbuhan diperkirakan hanya mencapai sekitar 8%. Sementara 2018 nanti pertumbuhannya diperkirakan dapat mencapai 10%.
Ekonom Umar Juwono menilai pertumbuhan kredit tersendat sebab belum ada leading sector yang membuat perekonomian terdorong sehingga bank dapat menyalurkan lebih banyak kredit.
Perlambatan pertumbuhan kredit ini seharusnya tidak terjadi sebab Bank Indonesia (BI) telah 7 kali menurunkan suku bunga kebijakan sejak September 2016 menjadi 4,25%. Posisi ini kemungkinan akan dipertahankan hingga 2018 mendatang.
Penurunan suku bunga kebijakan ini tidak dipungkiri dipengaruhi besar oleh faktor ketidakpastian The Fed belakangan ini. Posisi rupiah tidak akan menguntungkan jika The Fed menaikkan kembali suku bunga.
Meski begitu, Umar menilai langkah menurunkan suku bunga kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) ketika The Fed menaikkan suku bunganya sampai saat ini belum menunjukkan pengaruh yang signifikan dalam penurunan bunga pinjaman maupun pertumbuhan kredit.
Sisi lain, masyarakat memilih menyimpan dana di bank dan menahan belanja hingga pertumbuhan konsumsi saat ini berada pada titik 4,93%. Ini dibuktikan dengan peningkatan dana pihak ketiga di perbankan mencapai 11%.
Kecenderungan ini menunjukkan adanya perubahan perilaku yang disebabkan ketidakpastian dalam perekonomian. Salah satunya berkaitan dengan agresivitas direktorat jenderal pajak (DJP) mengejar wajib pajak untuk mengejar target penerimaan pajak.
Umar mengusulkan DJP lebih realistis. Mengejar target pajak dengan agresif justru menjadi contra produktif ketika masyarakat menjadi takut dan untuk berbelanja dan memilih untuk menabung.
Kepada pemerintah, Umar berpendapat pemerintah harus mulai fokus pada aspek fiskal untuk membenahi kebijakan-kebijakan sehingga memberikan kepastian dan mendorong masyarakat untuk berbelanja. "Kalau tidak, (PE) akan tetap bergerak di 5%-an)," kata Umar.
Untuk dapat membantu laju pertumbuhan ekonomi, sektor manufaktur menjadi pilihan yang menjanjikan. Umar menilai pertumbuhan sektor keuangan saat ini tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Sektor manufaktur disebutnya sebagai penentu. "Selama pertumbuhan manufaktur rendah, kita tidak akan mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi," kata Umar dalam seminar nasional yang diselenggarakan Indef, Rabu (29/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News